Rabu, 24 Maret 2010

siapa dia ?

By : StarGirl--ieming ^_^
Insp : O Z I

Tuesday, April 08, 2008, 6:00:02 AM

Aku kecewa sekali sa’at kubaca smsnya.

From : Loe-zY
Vanya, mav,ak bknx mrh am km. Ak ud mtsin bwt g nerusin ini smw. Ak g bs ng jlnin hr2 dg konsen. Ak hrp km ngrty. Dan ini adlh sms t’akhr ak, mav ak g kan dgrin crta2 km lg. km sndr yg blg bhw ak bbas mmlih. thnx bwt smwx. Bye2 teman baikku. It’s over.

Sms itu ku terima tepat pukul 21.00 WIB di penghujung November 2 tahun lalu. Aku kecewa. Darahku mendidih dan meletup-letup. Merasa kehilangan. Perasaan yang tak kusangka akan kurasakan padanya. “Siapa dia?” teriakku. Semalaman mataku tak mau berkongsi. Mengalihkan perhatian, kucoba bergelut dengan laptop baru hadiah ulang tahunku yang ke 18 dari papa. Tapi buntu. Aku tak tau harus melakukan apa. Ku turuti saja gerak jemariku yang lincah menari di atas keyboard. Tapi apa yang terjadi? Di layar laptop kulihat kalimat “Siapa dia ?” meliuk-liuk. Siapa yang membuat kalimat itu? Tanyaku pada diriku yang membisu tak menyahut. Tak ada siapapun disini, hanya aku. Apakah aku tak sengaja membuatnya?



Esoknya aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Di antar Pak Parman, ojek langgananku. Sengaja aku mengambil jalan memutar menuju kelas. Aku terus mempertanyakan bagaimanakah aku harus bersikap saat di kelas nanti? Apa aku akan tetap seperti biasa, Stargirl yang selalu ceria, tersenyum, riang, usil dan cerewet? Ataukah aku akan menjadikan hari ini sebagai hari duka ku? Seperti beberapa tahun lalu saat ku kesepian, sendiri. Karena ditinggalkan sahabatku satu-satunya.
Waktu itu aku bukanlah Stargirl. Aku siswi jenius di sebuah SMP favorit di ibu kota, yang rambutnya selalu di kucir, pendiam, tak suka bergaul, tak suka keramaian. Mungkin karena itulah selama ini aku hanya punya satu sahabat. Tapi tidak hari ini dan 2 tahun ini. Karena saat ini aku adalah Van-van si Stargirl yang akan menangis darah jika sampai kehilangan satu sahabat. Susah payah aku punya banyak teman. Aku mesti berubah hampir 180 derajat untuk mendapatkan mereka semua. Mereka yang akan selalu tersenyum menyambut kedatanganku di depan kelas saat kusampai. Mereka yang senyumannya bisa membuatku lupa semua hal buruk yang sedang menimpaku.
Aku sampai di kelas tanpa senyum. Ku katupkan mulutku. “Hari ini aku sedang tak ingin diganggu.” jawabku saat Niar teman sebangku ku bertanya. Kulirikkan mataku ke bangku di sudut kelas, masih kosong. Memastikan si pemilik bangku belum datang, “Niar, Venus belum datang?” tanyaku singkat. Dan ternyata memang belum.
Bel jam pelajaran pertama berbunyi. Pak Awis memulai pelajaran dengan ceramah panjang lebar tentang kenakalan remaja dan narkoba. Topik yang membosankan. Banget.
“Pak, boleh permisi kan Pak?” tanyaku menyela pidato Pak Aw, panggilan akrab guru fisika ku itu.
“Van, kamu tau sendiri kan dalam pelajaran saya, siswa dilarang permisi?” jawabnya galak. Tapi aku tak takut sama sekali. Aku sering main ke rumah Pak Aw yang memang tetangga dekat sekaligus mantan pacar pertama ibuku saat masih duduk di bangku SMP. Kami sudah akrab sekali. Dia sering bercerita tentang ibu padaku. Dan aku senang sekali mendengar ceritanya. Karena aku tak pernah bertemu ibu semenjak lahir. Ibu meninggal karena pendarahan setelah berhasil mengantarku ke dunia ini dengan selamat.
“Tapi Pak, kebelet pipis nih. Swear deh udah gak bisa ditahan lagi Pak. Boleh ya Pak ya?” bujukku sambil terus memegang perutku yng sebenarnya tak sedang butuh pertolongan ke toilet.
“Ya sudah. Tapi jangan lama-lama.”
“Makasih Pak.” Aku pun ngeloyor keluar. Tapi sempat kudengar nada protes dari beberapa temanku. “Kenapa si Van-van dikasih dispensasi Pak?” tanya Chiko, makhluk terkritis di kelas. Meski tak kudengar jawaban Pak Aw tapi aku tau apa yang dikatakannya. Dia akan berkata, “Van-van itu pintar dan sudah mengerti pelajaran ini. Jadi kalaupun dia kehilangan beberapa menit tidak masalah. Tidak seperti kalian. Mengerti?” Jawaban Pak Aw yang pasti akan dibalas dengan sorakan uuuuuuuu......u dari teman-teman.
Di luar aku tak menuju toilet seperti yang kubilang pada Pak Awis. Aku pergi ke bekas gudang sekolah, markas rahasiaku dengan mengendap-endap agar tidak ketahuan membolos oleh guru-guru GDS yang killer-killer. Sumpah deh, baru kali ini aku membolos. Menegangkan. Biasanya tempat ini kugunakan pada saat aku sedang menjalankan sebuah misi penting. Rahasia. Jadi aku gak bisa ceritain. He...he...he...
Aku menyapu lantai Galaksi sekedarnya. Aku menamakan gudang ini dengan Galaksi karena aku suka galaksi.Hehehe...
Mataku berputar menyapu kilat seluruh bagian ruangan yang berukuran 4x6m itu mencari-cari sesuatu yang bisa kujadikan alas duduk. Dan aku berhasil menemukan kardus mie. Kemudian sambil meninjit, tangan tirusku menjangkau, meraba-raba ventilasi Galaksi, mengambil sebuah buku tulis yang tebalnya 500 lembar dengan sampul berwarna coklat. Kucari posisi duduk yang enak. Setelah merasa nyaman, aku pun mulai membuka lembaran buku coklat itu.


5 Maret 2006
Sebuah nomor tak dikenal nyasar ke ponselku. Karena lagi gak ada kerjaan aku memutuskan untuk mengajak si pemilik nomor berkenalan. Kami terlibat komunikasi yang cukup panjang. Ia mengaku bernama Luzy. Cowok seumuran denganku. Aku yakin aku baru mengenalnya hari itu tapi dia bilang kami sudah kenal bertahun-tahun.

From : Loe-zY
Sbnernya luzy it bukan nama asli aku. Aku belum bisa bilang siapa aku yang sebenarnya am km. Tp ak jnji swtu saat pasti ak akan blg. Gak pa2 kan Vanya?

Semua itu tak penting untukku. Aku dapat teman baru. Aku senang. Welcome to my life, Luzy.

1 April 2006
Aku memecahkan satu-satunya perabot rumah peninggalan mama. Papa marah. Aku sangat menyesali hal itu tapi aku benar-benar tak sengaja menjatuhkan keramik itu ketika sedang mengelapnya. Papa menahan uang jajanku selama sebulan.

1 Mei 2006
Masa hukumanku berakhir. Hal pertama yang kulakukan saat menerima uang jajan adalah membeli pulsa. Tau kenapa? Karena aku ingin membalas semua sms dari Luzy. Setiap hari selama lebih dari sebulan ini dia selalu rutin menghubungiku, tentu saja lewat sms. Setiap harinya ada 5 kali sms, waktu subuh ku bangun tidur, siang, sore, sebelum tidur dan pukul 3 pagi. Atau masih malam tuh jam segitu?
Meskipun sms yang dikirimnya adalah sama setiap harinya, aku tau dia tidak hanya mengulang sms hari sebelumnya, karena format kata-katanya selalu berubah. Pengen tau apa aja yang dibilangnya? Contohnya aja sms ini, smsnya kemaren.
Sms subuh
hi Vanya, udah subuh tuh. Bangun ya...shalat trus siap-siap buat ke skul. Ok?
Sms siang
hi Vanya sebenarnya hobi kamu tu apaan sih? Gimana pljrn hr ini? Asik?
Sms sore
hi Vanya tadi kok gak semangat belajarnya. Lagi sakit ya...makanya jaga kshtan. Smangat.....[pokoknya ngomentarin aktivitas, mood dan ngasih semangat buat aku]
Sms sebelum tidur
hi Vanya, ud shlat isya. Kl ud, tdur gih. Bljrx ntar subuh j. Tar ak bgunin. Met tidur.
Sms jam 3 pagi buta
Hi Vanya bljr jam segini efektif low...bgun yaaa..Vanya yg manis....


1 Agustus 2006
Komunikasi ku dengan Luzy terus berlanjut. Hanya saja dia sudah jarang mengirimiku pertanyaan yang kurang penting kayak nanyain hobi, cita-cita, makanan favorit, warna, minuman, dll secara berulang-ulang. Atau dia ingin mengatakan sesuatu yang spesial tapi aku melarangnya karena memang aku tidak suka membicarakan sesuatu yang agak privasi atau serius apalagi yang berhubungan dengan penilaian terhadap fisik, walaupun yang dikatakannya itu adalah sebuah pujian. Aku terus bertanya padanya tentang identitasnya yang asli. Dia sibuk memberikan klue-klue yng susah dimengerti dan meragukan. Sedangkan aku sibuk menebak-nebak kemudian dia akan bilang, Vanya tebakan kamu salah.
Aku mulai bosan dengan keadaan yang seperti itu. Tidak ada perkembangan meskipun kami sudah berkomunikasi berbulan-bulan. Tak pernah ada topik selain tentang hal yang aku sukai atau tebakan siapa dia ? Aku mulai jarang merespon sms-smsnya. Aku hanya membalas sesekali jika pertanyaannya kunilai bagus. Kendatipun demikian dia tetap rajin menghubungiku.
Beberapa kali dalam seminggu dia mengajak ku untuk bertemu alias pengen ngasih liat sebenarnya dia itu siapa. Tapi dia selalu membatalkannya satu jam sebelum waktu ketemuan. Lama-lama aku jadi tidak peduli lagi, dia mau ngajak ketemuan lah ngapain lah, aku iyain aja atau aku bilang aku lagi sibuk jadi gak bisa. Karena ujung-ujungnya walaupun aku sudah bersikap kayak gitu dia itu gak peka banget. Dia gak pernah ngerti dan membuat aku muak.

8 September 2006
Aku curiga pada Venus. Cowok cupu super lugu di kelas. Beberapa kali aku menangkap basahnya ketika sedang memperhatikanku. Dan beberapa kali kami berdua terjebak di sekolah saat pulang les tambahan karena sama-sama menunggu jemputan. Dan Luzy yang ngakunya bukan satu sekolahan ama aku terlalu imposible rasanya untuk mengetahui semua gerak-gerikku di sekolah dan khususnya di kelas. Dia selalu mengomentari sikapku di kelas. Dan terlalu imposible juga dia tau bagaimana sikap dudukku setiap harinya di kelas. Terlebih lagi dia mengetahui hal-hal yang seharusnya hanya diketahui oleh aku dan Venus. Contohnya kejadian beberapa waktu yang lalu ketika terjebak hujan di sekolah ama Venus. Ada suatu kejadian unik yang terjadi dan tiba-tiba malamnya Luzy mengomentari kejadian yang sama. Hal seperti ini tidak hanya satu atau dua kali terjadi. Tapi sangat sering.
Aku menjalankan beberapa misi untuk mengorek informasi dengan berbagai cara. Dan hasilnya aku berhasil membuat dia mengaku kalau kami satu sekolahan dan inisial namanya adalah ‘V’. Aku semakin yakin kalau dia adalah Venus. Tapi sifat Venus yang kukenal di sekolah membuatku terus meyakinkan diri bahwa gak mungkin Luzy dan Venus adalah orang yang sama.

10 September 2006
Aku lelah di ajak main tebak-tebakan melulu. Puncaknya aku mengirim sebuah sms yang sangat panjang dan mungkin dengan kata-kata yang bisa menyinggung. Kami tak berkomunikasi selama satu bulan lebih setelah aku mengirim sms itu. Mungkin dia benar-benar tersinggung. Tapi aku tak menghubunginya lagi dan tidak mencoba untuk berkata maaf.
Di sekolah hubunganku dengan Venus semakin akrab. Karena intensitas pertemuan yang sering sekali. Apalagi aku sudah tiga tahun kebagian kelas yang sama ama dia. Ternyata dia orangnya gila juga.

Oktober 2006
Liburan sekolah 30 hari. Membosankan.

20 November 2006
Sekolah dimulai lagi. Venus tiba-tiba berubah dingin dan kaku. Kami menjadi orang asing di kelas. Aku tak tau kenapa. Aku berusaha untuk bersikap seperti biasa tapi dia selalu menghindar.
Aku teringat untuk menghubungi Luzy. Entahlah, mungkin aku sudah kangen sama sms-smsnya. Komunikasi kami berjalan lagi.

26 November 2006
Pembicaraanku dengan Luzy kembali lagi ke kondisi awal. Tebak-tebakan. Aku memberanikan diri menebak kalau dia adalah Venus. Dia tidak membantah dan tidak mengiyakan. Malah mengalihkan pembicaraan. Sepertinya dia pun bosan dengan tebak-tebakan ini. Dia tidak mau membahasnya.
Aku menikmati komunikasiku dengan Luzy. Bukan karena Luzy, tapi karena aku melihat Luzy sebagai Venus. Aku menemukan komunikasi ku yang hilang dengan Venus ketika sedang smsan ama Luzy.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan padaku bahwa Luzy dan Venus adalah orang yang sama. Alasan pertama Luzy bilang padaku selama ini dia tidak lagi menyapaku di sekolah seperti biasa karena takut sifat gilanya keluar lagi. Lho kok? Sifat gila? Yang aku tau Venus lah yang tiba-tiba kehilangan sifat gilanya. Mencurigakan.

29 November 2006
Hubunganku dengan Venus tiba-tiba kembali mendekati normal. Dan sebelumnya ada sebuah kejadian. Aku nge-sms Luzy dan bilang kalau aku sudah tau siapa dia, aku bilang dia itu anak dari kelas lain. Ini membuatku semakin yakin tentang Luzy dan Venus. Aku pikir, mungkin saja dia malu kalau ketahuan. Dan jadi berubah ketika aku benar menebaknya. Dan menjadi baik karena aku merubah tebakan.
Aku menanyakan sesuatu pada Luzy. Dan jawabannya membuatku kecewa. Masa iya ketika aku bertanya tentang tujuan dia berkomunikasi denganku selama ini dia malah menjawab untuk membantu dia memperlancar nulis sms. Berbulan-bulan dan dia bilang cuma itu alasannya. Asli, aku gak bisa terima. Aku terlalu emosi dan bilang kalau selama ini kami berkomunikasi kayaknya buat dia gak punya arti lebih dan komunikasi ini gak usah dilanjutkan lagi.

30 November 2006
Aku tak bisa menghentikan keinginan untuk menghubungi Luzy. Jadi hari ini aku menghubunginya lagi. Dia tak membalas. Aku terus mengirim sms. Bercerita tentang masalah-masalah berat yang sebenarnya sedang menimpaku akhir-akhir ini. Dan aku bilang kalau aku sudah tidak peduli lagi siapa dia. Yang ku tau adalah dia teman yang baik yang pernah ku punya. Meskipun mungkin dia tidak menyadarinya tapi kehadiran sms-smsnya menghiburku di saat aku sedang sedih. Dia menjadi temanku disaat aku sedang bosan. Dia meladeni keluhan-keluhanku dengan sabar.
Lebih dari 10 sms kukirim. Dan akhirnya dia membalas juga sms-smsku. Tapi ternyata itu adalah sms terakhirnya untukku. Ia tak mau melanjutkan komunikasi kami lagi.
Aku terjatuh. Tertelungkup di alam bawah sadarku. Di saat aku tak lagi mempermasalahkan siapa dia, dia seenaknya memutuskan semua harapan-harapanku untuk tetap berteman dengannya. Dia menganggap selama ini aku berpura-pura senang berkomunikasi gak jelas dengannya padahal sebenarnya aku kesal dan muak. Dia bilang dia bukanlah orang yang baik yang bisa kupercaya untuk menjadi sahabatku. Kuakui dulu aku sampai muak banget meladeni dia. Tapi sekarang kehadirannya menjadi berarti buatku. Aku harus gimana?

Hari ini 30 November 2008, aku sudah menjadi mahasiswi akuntansi Unpadj Bandung. Genap dua tahun lamanya aku tak pernah menghubungi Luzy sejak dia memutuskan hubungan kami yang kukira sebuah persahabatan itu. Aku bahkan tak tau apakah nomor ponselnya yang lama masih aktif. Aku tak pernah mengganti nomor ponselku. Venus? 29 November 2006, hanya untuk sehari itu aku merasakan kembali persahabatan kami. Karena semuanya kembali berubah kaku seiring menghilang Luzy dari hidupku. Dan dalam pikiranku masih muncul pertanyaan siapa Luzy itu sebenarnya, apakah dia benar-benar Venus, siapa dia? Aku akan selalu menunggu jawaban atas pertanyaanku, siapa dia? Dia harus bertanggung jawab atas kegalauanku karena tebakannya.


To Be Continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar