Rabu, 24 Maret 2010

KOTA PERI

Sa’at futhur menghampiriku

Aku khilaf memperturutkan bujukan, tersesat

Tersesat kian jauh, kian dalam

Membuatku kesulitan untuk keluar dari lembah tak bernama ini

Kudengar, semua sahabatku memanggil-manggil

Ada yang berteriak, berjalan menujuku

Dan ada yang berlari meskipun sesekali terjatuh

Menggenggam tanganku sekuat-kuatnya

Menarikku dari semua keterpurukan ini

Tiba-tiba aku tersadar, menoleh pada mereka, sahabat-sahabatku

Tapi hatiku kosong, seperti kamar kosong, pengap, dan gelap

Hampa...

dan

Mati rasa...

Aku menyentakkan tanganku, lepas dari mereka

Bodoh...

Salah, memang salah kulakukan itu

Melepas penolong-penolongku, peri-peri kecil

Peri kecil yang selama ini memapahku, yang senantiasa tertatih

Hingga kurasakan jarak di antara kami semakin menjauh

Kulihat jalan yang begitu panjang, memisahkanku dari mereka

Namun jarak itu tak membuatku buta melihat sebuah duka

Duka, kekecewaan yang mungkin telah kubuat

Mereka menangis, pastilah iba padaku

Aku kian dekat dengan bibir jurang

Aku merasa melayang, terbang

Ada orang-orang aneh disekitarku

Mereka tertawa, mengelilingiku seperti peri-peri kecil

Memegangi tanganku, mengajakku ikut tertawa dan terbang

Ikut terbawa bersama mereka

Sesekali bercengkrama, hanya saja nuraniku menolak

“Ada apa?” gumamku dalam keramaian kota peri pagi itu

Ya, hari massih pagi, baru saja Subuh

Kujelajahi kota peri ini

Keramaian, memang menyenangkan

Tapi membuat kacau saat terlalu ramai dan ribut

“Biarlah.” pikirku saat itu

“Mengapa tak kunikmati saja?”

“Kapan lagi aku akan berkunjung ke kota ini?”

Kota aneh, kota peri yang senantiasa gelap, kurasa

Karena matahari belum juga tertawa

Padahal sudah pukul sembilan pagi

“Pukul sembilan?” tanyaku

Kubuat diriku percaya dengan melirik jam tanganku

Ada yang berbeda, kurasa

Dahulu, pukul sembilan aku berada di sebuah tempat yang terang

Tidak seperti pagi ini

Tiba-tiba perasaan aneh menyergapku

Memborgol tangan-tangan peri yang suka terang dan ketenangan

Sebuah kalimat menyelinap diantara hampaku

“Lihatlah ke belakangmu!”

Tapi peri-peri aneh itu melarangku,

Menggodaku, tawa mereka, suara mereka, sungguh membuatku hanyut

“Tapi apa salahnya ku menoleh.?” pikirku

Benderang, ramai namun tak kacau

Ada senyuman, uluran tangan, rangkulan

Peri-peri kecil,

Melambai padaku, mengepakkan sayap-sayap putih

Sayap putih yang mengeluarkan cahaya berpendar

Indah, melebihi indahnya pelangi

Tinggi, melebihi tingginya Fujiyama

Berwarna, melebihi warna sakura yang menggoda

Semua itu membuatku tertarik

Membangunkan tidurku

Menggelitik amnesiaku yang aneh

Membuatku teringat akan suatu hari yang penuh dengan bunga

Kupu-kupu,

Kulihat diriku ada di antara orang-orang yang bercengkrama di tempat itu

Amnesiaku kian terusik

Membolak-balik kenangan masa lalu

Yang kutinggalkan karena peri-peri di kota gelap

“Dsssh...” semilir angin melewati hatiku

Mengisi sel-sel penjara yang hampa di relung jiwaku

Membuka jendela-jendela yang ku kunci kemarin

Sebersit sinar menerangi hatiku, memberiku kehidupan...

Tenang dan damai

Perasaan yang sudah lama hilang

Agaknya mereka takut singgah padaku akhir-akhir ini

Atau mungkin sakit hati karena, tadi malam aku mengusirnya

Kulihat lagi peri-peri di kota benderang,

Mereka melambai dan mengulurkan tangan padaku

Semakin dekat, “Sahabat, kaliankah itu?”

Inginku menggapai tangan halus mereka

Meminta maaf pada KETENANGAN dan KEDAMAIAN

Semoga saja mereka menerima maafku

Tapi, tanganku kram...kaku, tak bisa kugerakkan

Seorang peri kecil di kota gelap, menatapku lekat

Hinggap di ujung jariku, terbang ke bahuku, menari di hadapanku

Kulihat matanya berkaca-kaca, ia berkata

“Tinggallah lebih lama disini, aku takut sendiri!”

“Jika kau ingin pergi, ajaklah aku, bawalah aku, angkat aku dari semua keterpurukan ini, aku mohon!” isaknya

“Teng...teng...”

Pukul sebelas

Kota peri gelap sepi, “Kemana mereka?” tanyaku

Tinggallah aku bersama peri kecil yang sedang terisak

Ia berkata lagi, “Aku ingin ikut bersamamu, tapi aku butuh waktu untuk menaiki tangga ke luar jurang, aku sudah terlanjur terpuruk dalam, dalam sekali, jemputlah aku kebawah sini!”

Tes...tes...tes...air matanya mengalir deras

Aku bingung, kota benderang menungguku

Kota peri kecil yang tenang dan damai

Tapi bagaimana dengan peri yang tersesat ini

Ups...aku mulai meragukan ucapannya

Apakah dia tulus atau malah ingin membuatku bertambah terpuruk lagi

Sekarang aku berada satu meter dari bibir jurang

Seorang peri kecil di kota gelap teriak di hadapanku

Tatapannya membuatku luluh lantak

Tapi disana, peri-peri dengan sayap putih bersiap menyambutku

Berpesta untuk kedatanganku

Dan ku tau pasti, aku akan tenang disana, tak ada keraguan

Disanalah kota peri yang benderang dan abadi

Tapi, bagaimana dengannya?

Akankah aku turun, masuk, menjempunya

Membawanya bersamaku, pergi ke kota abadi

Ataukah akan kutinggalkan dia disana

Karena aku ragu, jujurkah dia?

Benarkah dia ingin ikut denganku?

Tegakah aku meninggalkannya,

Tenggelam di kota gelap

Larut dalam kacau, terombang-ambing di gelombang keramaian

Aku ragu?

Sahabat, apa yang harus kuperbuat?

Ya Allah, rangkul aku lagi ya Allah...

Aku tak kuat berada disini, terpisah denganMu karena jarak

Terlebih lagi,aku mulai tersadar

Ada beberapa orang yang dulu menemaniku ke tempatMu bertanya tentangku, “Pantaskah aku, seorang peri yang tinggal di kota benderang, pergi ke bermain ke kota gelap, menjenguk seorang peri kecil yang katanya tersesat?”

Ya Allah, apakah sudah semakin sulit untukku berbalik,

Kembali berjalan pada Mu,

Sudah jauhkah jarak yang kubuat?

Sehingga ada sahabatku yang bertanya seperti itu

Ya Allah, tak ada yang mustahil bagi Mu

Kakiku sangat kecil dan lemah

Aku takut tersesat sebelum sampai di tempat Mu

Hilangkanlah jarak ini ya Allah

Bantu hamba berlari ya Allah

Bantu hamba melepaskan borgol-borgol yang memisahkan hamba dari Mu, dari peri-peri kecil di kota benderang

Dan bantu “dia” ya Allah, peri kecil di kota gelap

Ya Allah, aku rindu pada Mu

Pada semua titipanMu yang sempat kuselewengkan

ҝђỠờζi



Wednesday, November 28, 2007, 6:25:28 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar