Senin, 18 Oktober 2010
19okt2010 : haqhaq,kecurigaan itu mulai muncul k permukaan
tp ak tak mauu
click here
Download lagu Letto Hantui Aku gratis hanya untuk review lagu.
Belilah kaset asli atau cd original dari Dont Make Me Sad atau gunakan nada sambung pribadi agar meraka tetap bisa berkarya
Lirik / Lyric
Chord dan Lirik Lagu Letto Hantui Aku
Download Video Clip
Download Video Klip Letto Hantui Aku
Review & Pendapat
Komentar Penikmat musik terhadap lagu Letto Hantui Aku
Download
Download mp3 lagu Letto Hantui Aku
Download via 4shared
click here
Lirik lagu Letto Hantui Aku
Posting lirik ini di blog anda
matahari pagi dan embun yang dingin hari ini
oh indahnya..
ku harus memulai kerinduan lagi hari ini
karena kangenku memang tak tahu malu
apabila kau senang diracun madu
tolong aku…
ku tak tahu…
oh ku tak mau tahu…
tapi memang senyummu selalu hantuiku
walauku tak tahu hatimu
oh please jangan pernah kau berhenti hantui aku
hari ini.. oh sejuknya
engkau masih disini isi lamunanku hari ini
oh biar hatiku tak mau tahu
apalagi kau senang di mabuk rindu
tolong aku…
aku mau..
ketemu lagi kamu
tapi memang dirimu selalu hantuiku
walauku tak tahu hatimu
oh kejamnya pernah kau berhenti hantui aku
tapi memang dirimu selalu hantuiku
walauku tak tahu hatimu
oh please jangan pernah kau berhenti
tapi memang dirimu selalu hantuiku
walauku tak tahu hatimu
oh please jangan pernah kau berhenti
hantui aku
gudanglagu.com Free Download Lagu Letto Hantui Aku MP3 Lirik 4shared Gratis Chord Video Album
Senin, 29 Maret 2010
hening...crisye...i love it
Tampak redup wajah rembulan
Hening sunyi sangat mencekam
Desir angin pun tanpa suara
Kutermenung menatap alam
Kepasrahan semakin dalam
Jagat raya dan seisinya
Lukisan segala kuasa
Kehidupan di alam semesta
Mengagumkan dan luar biasa
Semakin kurasa keagungan ini
Karya ciptamu Tuhan
Embun pagi dan rerumputan
Hijau daun dan warna bunga
Kicau burung yang hinggap di dahan
Matahari bersinar terang
Dan semua ini semakin kurasa
Sebagai nikmat yang telah kauberikan
Takkan kulangkahkan kakiku lagi
Tanpa bimbinganmu Tuhan
Kala malam tiada berbintang
Kutermenung menatap alam
Hening sunyi sangat mencekam
Kepasrahan semakin dalam
Embun pagi dan rerumputan
Matahari bersinar terang
Kicau burung yang hinggap di dahan
Lukisan segala kuasa
29 maret 2010
Serasa akan menyerah menahan candu ini
Aku merindukannya
Selalu merindukannya
Dengan kalimat TAKBIR,, ia bantu menguatkanku dengan tekad kami
Kulihat ia tersenyum mesti bisa kurasakan getirnya ia menahan cintanya
Seperti aku … T_T
Ya Allah, terimalah persembahan cinta kami
Demi menjaga kesucian niat dan harapan yang kami simpan
Jaga dia untukku ya Allah
Dan jaga diriku ya Allah
Begitu kuatnya cinta ini menyerangku di saat aku belum siap membuatnya terjaga dalam ikatan-Mu
Pernah ku terlena
Tapi tekad kami, tidak akan lagi ya Allah
Demi menjaga kesucian niat dan harapan yang kami simpan
Maka kuatkanlah dia ya Allah, kuatkan hamba…
28 maret 2010
Rabu, 24 Maret 2010
siapa dia ?
Insp : O Z I
Tuesday, April 08, 2008, 6:00:02 AM
Aku kecewa sekali sa’at kubaca smsnya.
From : Loe-zY
Vanya, mav,ak bknx mrh am km. Ak ud mtsin bwt g nerusin ini smw. Ak g bs ng jlnin hr2 dg konsen. Ak hrp km ngrty. Dan ini adlh sms t’akhr ak, mav ak g kan dgrin crta2 km lg. km sndr yg blg bhw ak bbas mmlih. thnx bwt smwx. Bye2 teman baikku. It’s over.
Sms itu ku terima tepat pukul 21.00 WIB di penghujung November 2 tahun lalu. Aku kecewa. Darahku mendidih dan meletup-letup. Merasa kehilangan. Perasaan yang tak kusangka akan kurasakan padanya. “Siapa dia?” teriakku. Semalaman mataku tak mau berkongsi. Mengalihkan perhatian, kucoba bergelut dengan laptop baru hadiah ulang tahunku yang ke 18 dari papa. Tapi buntu. Aku tak tau harus melakukan apa. Ku turuti saja gerak jemariku yang lincah menari di atas keyboard. Tapi apa yang terjadi? Di layar laptop kulihat kalimat “Siapa dia ?” meliuk-liuk. Siapa yang membuat kalimat itu? Tanyaku pada diriku yang membisu tak menyahut. Tak ada siapapun disini, hanya aku. Apakah aku tak sengaja membuatnya?
Esoknya aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Di antar Pak Parman, ojek langgananku. Sengaja aku mengambil jalan memutar menuju kelas. Aku terus mempertanyakan bagaimanakah aku harus bersikap saat di kelas nanti? Apa aku akan tetap seperti biasa, Stargirl yang selalu ceria, tersenyum, riang, usil dan cerewet? Ataukah aku akan menjadikan hari ini sebagai hari duka ku? Seperti beberapa tahun lalu saat ku kesepian, sendiri. Karena ditinggalkan sahabatku satu-satunya.
Waktu itu aku bukanlah Stargirl. Aku siswi jenius di sebuah SMP favorit di ibu kota, yang rambutnya selalu di kucir, pendiam, tak suka bergaul, tak suka keramaian. Mungkin karena itulah selama ini aku hanya punya satu sahabat. Tapi tidak hari ini dan 2 tahun ini. Karena saat ini aku adalah Van-van si Stargirl yang akan menangis darah jika sampai kehilangan satu sahabat. Susah payah aku punya banyak teman. Aku mesti berubah hampir 180 derajat untuk mendapatkan mereka semua. Mereka yang akan selalu tersenyum menyambut kedatanganku di depan kelas saat kusampai. Mereka yang senyumannya bisa membuatku lupa semua hal buruk yang sedang menimpaku.
Aku sampai di kelas tanpa senyum. Ku katupkan mulutku. “Hari ini aku sedang tak ingin diganggu.” jawabku saat Niar teman sebangku ku bertanya. Kulirikkan mataku ke bangku di sudut kelas, masih kosong. Memastikan si pemilik bangku belum datang, “Niar, Venus belum datang?” tanyaku singkat. Dan ternyata memang belum.
Bel jam pelajaran pertama berbunyi. Pak Awis memulai pelajaran dengan ceramah panjang lebar tentang kenakalan remaja dan narkoba. Topik yang membosankan. Banget.
“Pak, boleh permisi kan Pak?” tanyaku menyela pidato Pak Aw, panggilan akrab guru fisika ku itu.
“Van, kamu tau sendiri kan dalam pelajaran saya, siswa dilarang permisi?” jawabnya galak. Tapi aku tak takut sama sekali. Aku sering main ke rumah Pak Aw yang memang tetangga dekat sekaligus mantan pacar pertama ibuku saat masih duduk di bangku SMP. Kami sudah akrab sekali. Dia sering bercerita tentang ibu padaku. Dan aku senang sekali mendengar ceritanya. Karena aku tak pernah bertemu ibu semenjak lahir. Ibu meninggal karena pendarahan setelah berhasil mengantarku ke dunia ini dengan selamat.
“Tapi Pak, kebelet pipis nih. Swear deh udah gak bisa ditahan lagi Pak. Boleh ya Pak ya?” bujukku sambil terus memegang perutku yng sebenarnya tak sedang butuh pertolongan ke toilet.
“Ya sudah. Tapi jangan lama-lama.”
“Makasih Pak.” Aku pun ngeloyor keluar. Tapi sempat kudengar nada protes dari beberapa temanku. “Kenapa si Van-van dikasih dispensasi Pak?” tanya Chiko, makhluk terkritis di kelas. Meski tak kudengar jawaban Pak Aw tapi aku tau apa yang dikatakannya. Dia akan berkata, “Van-van itu pintar dan sudah mengerti pelajaran ini. Jadi kalaupun dia kehilangan beberapa menit tidak masalah. Tidak seperti kalian. Mengerti?” Jawaban Pak Aw yang pasti akan dibalas dengan sorakan uuuuuuuu......u dari teman-teman.
Di luar aku tak menuju toilet seperti yang kubilang pada Pak Awis. Aku pergi ke bekas gudang sekolah, markas rahasiaku dengan mengendap-endap agar tidak ketahuan membolos oleh guru-guru GDS yang killer-killer. Sumpah deh, baru kali ini aku membolos. Menegangkan. Biasanya tempat ini kugunakan pada saat aku sedang menjalankan sebuah misi penting. Rahasia. Jadi aku gak bisa ceritain. He...he...he...
Aku menyapu lantai Galaksi sekedarnya. Aku menamakan gudang ini dengan Galaksi karena aku suka galaksi.Hehehe...
Mataku berputar menyapu kilat seluruh bagian ruangan yang berukuran 4x6m itu mencari-cari sesuatu yang bisa kujadikan alas duduk. Dan aku berhasil menemukan kardus mie. Kemudian sambil meninjit, tangan tirusku menjangkau, meraba-raba ventilasi Galaksi, mengambil sebuah buku tulis yang tebalnya 500 lembar dengan sampul berwarna coklat. Kucari posisi duduk yang enak. Setelah merasa nyaman, aku pun mulai membuka lembaran buku coklat itu.
5 Maret 2006
Sebuah nomor tak dikenal nyasar ke ponselku. Karena lagi gak ada kerjaan aku memutuskan untuk mengajak si pemilik nomor berkenalan. Kami terlibat komunikasi yang cukup panjang. Ia mengaku bernama Luzy. Cowok seumuran denganku. Aku yakin aku baru mengenalnya hari itu tapi dia bilang kami sudah kenal bertahun-tahun.
From : Loe-zY
Sbnernya luzy it bukan nama asli aku. Aku belum bisa bilang siapa aku yang sebenarnya am km. Tp ak jnji swtu saat pasti ak akan blg. Gak pa2 kan Vanya?
Semua itu tak penting untukku. Aku dapat teman baru. Aku senang. Welcome to my life, Luzy.
1 April 2006
Aku memecahkan satu-satunya perabot rumah peninggalan mama. Papa marah. Aku sangat menyesali hal itu tapi aku benar-benar tak sengaja menjatuhkan keramik itu ketika sedang mengelapnya. Papa menahan uang jajanku selama sebulan.
1 Mei 2006
Masa hukumanku berakhir. Hal pertama yang kulakukan saat menerima uang jajan adalah membeli pulsa. Tau kenapa? Karena aku ingin membalas semua sms dari Luzy. Setiap hari selama lebih dari sebulan ini dia selalu rutin menghubungiku, tentu saja lewat sms. Setiap harinya ada 5 kali sms, waktu subuh ku bangun tidur, siang, sore, sebelum tidur dan pukul 3 pagi. Atau masih malam tuh jam segitu?
Meskipun sms yang dikirimnya adalah sama setiap harinya, aku tau dia tidak hanya mengulang sms hari sebelumnya, karena format kata-katanya selalu berubah. Pengen tau apa aja yang dibilangnya? Contohnya aja sms ini, smsnya kemaren.
Sms subuh
hi Vanya, udah subuh tuh. Bangun ya...shalat trus siap-siap buat ke skul. Ok?
Sms siang
hi Vanya sebenarnya hobi kamu tu apaan sih? Gimana pljrn hr ini? Asik?
Sms sore
hi Vanya tadi kok gak semangat belajarnya. Lagi sakit ya...makanya jaga kshtan. Smangat.....[pokoknya ngomentarin aktivitas, mood dan ngasih semangat buat aku]
Sms sebelum tidur
hi Vanya, ud shlat isya. Kl ud, tdur gih. Bljrx ntar subuh j. Tar ak bgunin. Met tidur.
Sms jam 3 pagi buta
Hi Vanya bljr jam segini efektif low...bgun yaaa..Vanya yg manis....
1 Agustus 2006
Komunikasi ku dengan Luzy terus berlanjut. Hanya saja dia sudah jarang mengirimiku pertanyaan yang kurang penting kayak nanyain hobi, cita-cita, makanan favorit, warna, minuman, dll secara berulang-ulang. Atau dia ingin mengatakan sesuatu yang spesial tapi aku melarangnya karena memang aku tidak suka membicarakan sesuatu yang agak privasi atau serius apalagi yang berhubungan dengan penilaian terhadap fisik, walaupun yang dikatakannya itu adalah sebuah pujian. Aku terus bertanya padanya tentang identitasnya yang asli. Dia sibuk memberikan klue-klue yng susah dimengerti dan meragukan. Sedangkan aku sibuk menebak-nebak kemudian dia akan bilang, Vanya tebakan kamu salah.
Aku mulai bosan dengan keadaan yang seperti itu. Tidak ada perkembangan meskipun kami sudah berkomunikasi berbulan-bulan. Tak pernah ada topik selain tentang hal yang aku sukai atau tebakan siapa dia ? Aku mulai jarang merespon sms-smsnya. Aku hanya membalas sesekali jika pertanyaannya kunilai bagus. Kendatipun demikian dia tetap rajin menghubungiku.
Beberapa kali dalam seminggu dia mengajak ku untuk bertemu alias pengen ngasih liat sebenarnya dia itu siapa. Tapi dia selalu membatalkannya satu jam sebelum waktu ketemuan. Lama-lama aku jadi tidak peduli lagi, dia mau ngajak ketemuan lah ngapain lah, aku iyain aja atau aku bilang aku lagi sibuk jadi gak bisa. Karena ujung-ujungnya walaupun aku sudah bersikap kayak gitu dia itu gak peka banget. Dia gak pernah ngerti dan membuat aku muak.
8 September 2006
Aku curiga pada Venus. Cowok cupu super lugu di kelas. Beberapa kali aku menangkap basahnya ketika sedang memperhatikanku. Dan beberapa kali kami berdua terjebak di sekolah saat pulang les tambahan karena sama-sama menunggu jemputan. Dan Luzy yang ngakunya bukan satu sekolahan ama aku terlalu imposible rasanya untuk mengetahui semua gerak-gerikku di sekolah dan khususnya di kelas. Dia selalu mengomentari sikapku di kelas. Dan terlalu imposible juga dia tau bagaimana sikap dudukku setiap harinya di kelas. Terlebih lagi dia mengetahui hal-hal yang seharusnya hanya diketahui oleh aku dan Venus. Contohnya kejadian beberapa waktu yang lalu ketika terjebak hujan di sekolah ama Venus. Ada suatu kejadian unik yang terjadi dan tiba-tiba malamnya Luzy mengomentari kejadian yang sama. Hal seperti ini tidak hanya satu atau dua kali terjadi. Tapi sangat sering.
Aku menjalankan beberapa misi untuk mengorek informasi dengan berbagai cara. Dan hasilnya aku berhasil membuat dia mengaku kalau kami satu sekolahan dan inisial namanya adalah ‘V’. Aku semakin yakin kalau dia adalah Venus. Tapi sifat Venus yang kukenal di sekolah membuatku terus meyakinkan diri bahwa gak mungkin Luzy dan Venus adalah orang yang sama.
10 September 2006
Aku lelah di ajak main tebak-tebakan melulu. Puncaknya aku mengirim sebuah sms yang sangat panjang dan mungkin dengan kata-kata yang bisa menyinggung. Kami tak berkomunikasi selama satu bulan lebih setelah aku mengirim sms itu. Mungkin dia benar-benar tersinggung. Tapi aku tak menghubunginya lagi dan tidak mencoba untuk berkata maaf.
Di sekolah hubunganku dengan Venus semakin akrab. Karena intensitas pertemuan yang sering sekali. Apalagi aku sudah tiga tahun kebagian kelas yang sama ama dia. Ternyata dia orangnya gila juga.
Oktober 2006
Liburan sekolah 30 hari. Membosankan.
20 November 2006
Sekolah dimulai lagi. Venus tiba-tiba berubah dingin dan kaku. Kami menjadi orang asing di kelas. Aku tak tau kenapa. Aku berusaha untuk bersikap seperti biasa tapi dia selalu menghindar.
Aku teringat untuk menghubungi Luzy. Entahlah, mungkin aku sudah kangen sama sms-smsnya. Komunikasi kami berjalan lagi.
26 November 2006
Pembicaraanku dengan Luzy kembali lagi ke kondisi awal. Tebak-tebakan. Aku memberanikan diri menebak kalau dia adalah Venus. Dia tidak membantah dan tidak mengiyakan. Malah mengalihkan pembicaraan. Sepertinya dia pun bosan dengan tebak-tebakan ini. Dia tidak mau membahasnya.
Aku menikmati komunikasiku dengan Luzy. Bukan karena Luzy, tapi karena aku melihat Luzy sebagai Venus. Aku menemukan komunikasi ku yang hilang dengan Venus ketika sedang smsan ama Luzy.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan padaku bahwa Luzy dan Venus adalah orang yang sama. Alasan pertama Luzy bilang padaku selama ini dia tidak lagi menyapaku di sekolah seperti biasa karena takut sifat gilanya keluar lagi. Lho kok? Sifat gila? Yang aku tau Venus lah yang tiba-tiba kehilangan sifat gilanya. Mencurigakan.
29 November 2006
Hubunganku dengan Venus tiba-tiba kembali mendekati normal. Dan sebelumnya ada sebuah kejadian. Aku nge-sms Luzy dan bilang kalau aku sudah tau siapa dia, aku bilang dia itu anak dari kelas lain. Ini membuatku semakin yakin tentang Luzy dan Venus. Aku pikir, mungkin saja dia malu kalau ketahuan. Dan jadi berubah ketika aku benar menebaknya. Dan menjadi baik karena aku merubah tebakan.
Aku menanyakan sesuatu pada Luzy. Dan jawabannya membuatku kecewa. Masa iya ketika aku bertanya tentang tujuan dia berkomunikasi denganku selama ini dia malah menjawab untuk membantu dia memperlancar nulis sms. Berbulan-bulan dan dia bilang cuma itu alasannya. Asli, aku gak bisa terima. Aku terlalu emosi dan bilang kalau selama ini kami berkomunikasi kayaknya buat dia gak punya arti lebih dan komunikasi ini gak usah dilanjutkan lagi.
30 November 2006
Aku tak bisa menghentikan keinginan untuk menghubungi Luzy. Jadi hari ini aku menghubunginya lagi. Dia tak membalas. Aku terus mengirim sms. Bercerita tentang masalah-masalah berat yang sebenarnya sedang menimpaku akhir-akhir ini. Dan aku bilang kalau aku sudah tidak peduli lagi siapa dia. Yang ku tau adalah dia teman yang baik yang pernah ku punya. Meskipun mungkin dia tidak menyadarinya tapi kehadiran sms-smsnya menghiburku di saat aku sedang sedih. Dia menjadi temanku disaat aku sedang bosan. Dia meladeni keluhan-keluhanku dengan sabar.
Lebih dari 10 sms kukirim. Dan akhirnya dia membalas juga sms-smsku. Tapi ternyata itu adalah sms terakhirnya untukku. Ia tak mau melanjutkan komunikasi kami lagi.
Aku terjatuh. Tertelungkup di alam bawah sadarku. Di saat aku tak lagi mempermasalahkan siapa dia, dia seenaknya memutuskan semua harapan-harapanku untuk tetap berteman dengannya. Dia menganggap selama ini aku berpura-pura senang berkomunikasi gak jelas dengannya padahal sebenarnya aku kesal dan muak. Dia bilang dia bukanlah orang yang baik yang bisa kupercaya untuk menjadi sahabatku. Kuakui dulu aku sampai muak banget meladeni dia. Tapi sekarang kehadirannya menjadi berarti buatku. Aku harus gimana?
Hari ini 30 November 2008, aku sudah menjadi mahasiswi akuntansi Unpadj Bandung. Genap dua tahun lamanya aku tak pernah menghubungi Luzy sejak dia memutuskan hubungan kami yang kukira sebuah persahabatan itu. Aku bahkan tak tau apakah nomor ponselnya yang lama masih aktif. Aku tak pernah mengganti nomor ponselku. Venus? 29 November 2006, hanya untuk sehari itu aku merasakan kembali persahabatan kami. Karena semuanya kembali berubah kaku seiring menghilang Luzy dari hidupku. Dan dalam pikiranku masih muncul pertanyaan siapa Luzy itu sebenarnya, apakah dia benar-benar Venus, siapa dia? Aku akan selalu menunggu jawaban atas pertanyaanku, siapa dia? Dia harus bertanggung jawab atas kegalauanku karena tebakannya.
To Be Continue...
my feel in class sma tercinta
Perkenalken nama iming, miming murti karlina…sukanya dipanggil iming.
Islam tulen,lahirnya hari ke dua puluh enam bulan Juli 1990…sekarang lagi di usia sweet seventeen,hehehe…
Buat temen-temen yang pengen maen ke rumah,datang aja ke Taipe alias Tanjung Pauh,di kawasan Perumnas Graha Kencana githu deh,kalau mau nanya jalannya,Jalan Gatot Subroto.Ok???gak jauh kok dari Puskesmas Ibuh.udah rumah tetap tuh,gak niat pindah rumah.Jadi jangan ragu kalau misalnya satu,dua,tiga,empat,lima,sepuluh,limabelas tahun lagi mau ke rumah,datang aja.Okay?
No hp iming gak mau?serius?tar nyesel loh…tuh kan belum apa-apa udah nanya..nomor hp iming 085278111922,nomor cantik tuh.mudah dihafal.Makanya gak boleh lupa.Deal?Bagi nomor kamu juga donk!
Insya Allah nomor hp itu gak bakalan diganti lagi.Iming udah klop banget ama tuh nomor,kalau pun sempat diganti ming pasti koling-koling dulu.Tapi yang namanya kita manusia gak bisa menebak apa yang akan terjadi,kalau seandainya suatu saat temen-temen kehilangan tuh nomer,hubungi aja 0752-94488,kalau nitip pesan buat iming,dijamin bakal disampein.Soalnya itu tuh nomor telpon rumah nenek iming,rumah nenek iming gak jauh kok dari rumah iming.Lagian iming sering disana daripada di rumah.Apalagi kalau hari-hari libur,kayak libur sekolah,libur kuliah,libur lebaran,dll karena keluarga kalau lagi liburan pasti ngumpul di rumah nenek.
Iming hobi banget menyapa orang,baca buku,nulis apa kek gitu,berorganisasi,maen sepeda,bersih-bersih,nonton film korea, dengerin musik, akting,nyanyi,berbicara,cerita-cerita,atau jepret-jepret tanpa sepengetahuan orangnya,koleksi biodata atau absen seluruh kelas di sma,speaking arabic n english,n banyak lagi deh...
Tau gak,ming ming suka banget ama yang namanya nge-meal, anak-anak,buat iming anak-anak tuh lucu-lucu banget apalagi yang masih balita-balita gitu..saking sukanya iming ama anak kecil,ming pernah punya niat adopsi bayi,niaaaaaaaaaaaaat banget,udah dari zaman-zaman SD,MTsN n sampai sekarang masih.papa mama aja sampai geleng-geleng kepala..aneh ya?
Ming punya email : hamisa_iming_cafla@yahoo.co.id
Kalau fs,ming belon niat bikin,kalaupun nanti dibikin Insya Allah alamatnya sama ama alamat email.Tapi mungkin dalam tahun ini fs nya udah jadi,soalnya ada someone yang keu-keuh banget nyuruh iming bikin fs.
Pertama kali masuk sma dua ini,ming dapat kelas unggul alias sepuluh sembilan,awalnya si sempat ragu,mau tetap di kelas ini atau pindah ke reguler?Alhamdulillah banget ming gak jadi pindah,soalnya kelas ini adalah kelas paling komplit yang pernah ming temui.Awalnya ming duduk ama fitri,trus ama irma,trus ama ria,kelas dua iming duduknya ama nela n kelas tiga duduk ama si ndut siti…hehehe…peace!
Di sma ming menemukan banyak hal,dua sahabat yang karib..rib...rib...banget,tiga puluh tujuh sahabat yang baik buanget,yang beraneka ragam sifatnya...hobinya...kesukaannya,dll,segudang teman,kakak-kakak n adek-adek kelas yang baik-baik,guru-guru yang mengesankan,dll
Di kelas ming suka banget berantem [nimpukin n ditimpukin pake kertas] ama SyariEf, ,yang gak rela banget kalau huruf E sebelum huruf F di namanya ketinggalan ditulis.asik ngisengin tuh anak…atau malah di isengin,Semoga tuh anak tetap usil!Gak enak ngisengin orang yang gak mau balas ngisengin lagi…gimana SyariEf?setuju?
Trus ming juga suka ngajak Adek ngobrol dengan gaya anak-anak.Habisnya Adek tuh nyebelin banget,kalau ditanya,jawabnya cuma angguk-angguk geleng-geleng aja atau cuma mengeluarkan suara gumaman aneh yang gak iming mengerti meaningnya.
Hal favorit lainnya,ngumpul bareng ama triNa sambil memimpikan masa depan,diskusi bareng RI tentang da’wah [so pasti]+masa depan+masalah,nemenin iQot makan, ketawa-katiwi ama nak-nak kendourz, godain tika+mira+siti n nak-nak lain,dengerin joke-joke nya nak-nak boi band,jadi tempat curhat n sekalian curhatin masalah, ngoleksi jenis-jenis ketawa nak kelas…hehehe,tau nggak jenis ketawa yang paling favorit,tara…….ketawanya edo,wahyu,…pokoknya banyak banget hal yang suka banget ming lakuin..Tapi mungkin gak bisa dibilangin semua.terlalu panjang…percaya deh!kalu ada kesempatan,Insya Allah ming pengen banget nulis sebuah buku tentang pengalaman,kesan-kesan ming selama di sma.
Mau tau hal nekat apa yang pernah ming lakuin selama di sma?neh list nya : cabut di jam pelajaran,lompat pagar,ngerjain kakak kelas cowok yang terkenal sebagai siswa paling mengerikan di cafla,ngungkapin perasaan pake bahasa asing ama seorang cowok di kelas,alhasil tuh anak gak ngerti apa yang lagi iming omongin[hayo jangan asal tebak,tar salah orang,jangan su’udzhon dulu,ming gak maksud apa-apa,yah cuma blg sswt aj,gak serius-serius banget kok,waktu itu iming lagi......lagi apa ya?],ngambil absen seluruh kelas di kantor[tanpa izin guru],
Event-event paling berkesan : mendaki bukit sitabur, pagelaran, kobatarlas, goro kelas.
Ming punya motto : tersenyumlah di setiap kesempatan,keadaan,dimana pun dan pada siapapun,dan buatlah orang di sekitarmu ikut tersenyum,karena sesungguhnya senyum itu adalah pasokan energi yang paling canggih,bahkan melebihi nuklir,hehehe...
--------------------------------------------------------------------------------
Teman,jangan pernah lupain iming ya,,,,jangan lupa ngontak n koling-koling,
Teman,ming bangga banget bisa punya kesempatan mengenal kalian,menjalani waktu yang begitu lama bersama kalian,meski tak banyak yang bisa iming berikan,meski tak banyak yang ming ketahui tentang kalian,tapi percaya ataupun tidak,kalian adalah hal terbaik yang pernah ada di hidup iming...memang tak hanya bahagia yang pernah kita rasakan,sedih,marah,kesal,kecewa,sakit hati,perselisihan,dan yang lainnya juga,tapi semua itu adalah warna-warni kisah kita “se-doe belz atyu”...kadang ming sering banget nangis sendiri kalau inget suatu hari,perpisahan diantara kita terjadi,kapankah kita kan bertemu lagi,nostalgia[ya hanya bisa bernostalgia karena semuanya tak kan pernah terulang,iya kan?],dan hari itu akan segera datang.
Teman,mari kita manfaatkan waktu yang kita punya ini dengan sejuta emh semilyar emh setrilyun emh sebanyak apapun rasa yang kita miliki...
Mari bersama-sama di hari ini,karena hari ini tidak akan pernah terulang,mari berencana untuk hari esok,karena semuanya akan terjadi di esok hari,,,
Teman,ming penegn banget kalian tau,kalau iming tu sayaaaaaaaaaaaaaaaang banget ama kalian,mungkin terlalu gimana kedengarannya,tapi serius emh duarius emh sebanyak apapun rius yang iming punya,iming pengen bilang kalau iming tuh sayaaaaaaaaaaaaaang banget ama kalian,meski kadang semuanya terlihat berbeda,tapi jangan pernah tertwakan iming karena ini,karena iming benar-benar cintaaaaaaaaaaaa banget ama kalian semua.terima kasih untuk senyum yang pernah kalian sunggingkan,sapaan yang pernah kalian lontarkan,hati yang pernah kalian luangkan,bahu yang pernah kalian pinjamkan,perasaan yang pernah kalian tujukan,semuanya-semua yang pernah iming dapatkan....
smile!!!optimiskan kalau kita akan tetap bersama selamanya,mungkin akan ada jarak yang memisahkan,ada jodoh pertemuan yang tak pernah bertemu,tapi setidaknya hati kita akan tetap abadi -hati para remaja yang segera akan tua,hati para remaja yang dipenuhi semangat,kasih sayang,ambisi,hati kita para remaja yang akan selalu remaja bersama dengan remajanya kenangan kita,remajanya kisah kita- yang akan selalu abadi di cafladoepa..tak ada yang bisa merubah semuanya,kita dipertemukan disini,dan semua kenangan itu akan tetap tertinggal disini,tak kan pernah tua,karena kenangan itu adalah kenangan para remaja yang penuh semngat.........
teman,sa’at perpisahan itu benar-benar terjadi,maukah kalian tetap mengingat,mengenang,mneridukan,menyayangi iming?
Teman,ming harap kita akan selalu bertemu di kesempatan-kesempatan lain suatu hari nanti...
Friday, February 22, 2008, 4:36:52 AM
Daren
Pagi itu seorang perempuan paruh baya terpekur di halte bus yang reyot. Gurat kecemasan terukir jelas di wajahnya yang kusut. Ia menyandarkan tubuhnya yang terlihat ringkih itu pada tiang yang ada di sisi kiri halte. Aku memperhatikannya dari tadi. Tetapi sepertinya kehadiranku tak mampu mengusik gundahnya lamun yang tengah melandanya. Sebuah bus –yang lebih kelihatan seperti onggokan besar barang rongsokan itu- berhenti. Aku meninggalkan perempuan itu disana sendirian. Di atas bus pikiranku melayang pada sosok wanita yang ku temui tadi. Apa yang tengah menjadi buah pikirannya?pikirku.
* * *
Aku turun dari bus di depan sebuah gerbang bangunan besar. Bangunan itu terletak beberapa meter dari gerbang depannya. Tempat yang setiap hari kudatangi dan kuhuni dari jam tujuh pagi hingga senja menjelang. Sebelum melangkah masuk ke gerbang bangunan itu, aku menghela nafas panjang. “Aku akan tersenyum hari ini, seperti aku tersenyum kemaren, kemaren lusa dan untuk seterusnya.”ucapku lirih pada AKU.
USAHA IKAN TUNA CIK PARMAN. Setelah untuk kesekian kalinya aku melangkah ke gerbang bangunan ini. Nama itu ditulis jelas dengan huruf kapital yang berukuran besar di selembar papan yang dipakukan pada dua buah bambu. Inilah kantorku – jika tempat seseorang bekerja disebut kantor- maka inilah kantorku.
Sebuah pintu kayu besar berukuran tiga kali tiga meter menghalangi jalanku. Aku meraba-raba isi tas lusuh berwarna coklat tua yang tergantung pasrah di bahuku. Aku mencari kunci. Tetapi aku tidak bisa menemukannya padahal tas itu sudah ku obrak-abrik. Aku mengeluarkan semua isinya. Kunci itu tak juga ketemu.
Hari ini adalah giliranku datang lebih pagi untuk membuka pintu raksasa ini. Jika aku lalai maka Cik Parman tanpa babibu bisa memotong gajiku. Dan itu berarti bencana besar bagiku. Aku segera berlari ke luar gerbang. Berharap ada ojek yang lewat untuk mengantarku pulang. Aku yakin kunci itu pasti tertinggal di rumah.
Beberapa menit berlalu aku tak menemukan ojek. Kulirik jam tanganku, pukul enam lewat tiga puluh lima menit. Sebentar lagi para pekerja akan berdatangan. Sedangkan pintu belum kubuka. Aku mulai gelisah. Tak ada angkutan umum yang lewat di jalan ini selain bus rongsokan yang mengantarku tadi pagi. Karena memang daerah ini terletak agak jauh dari pemukiman. Jalannya pun tak elok. Satu-satunya angkutan yang sampai ke tempat ini hanyalah bus rongsokan yang mengantarku tadi. Bus itu lewat kesini dua kali sehari. Jam enam pagi dan jam empat sore membawa warga kampung yang harus pergi bekerja pagi-pagi ke kota.
Aku memutuskan untuk meminjam sepeda Dik Tirah. Dik Tirah itu juga bekerja disini. Ia satu-satunya teman baikku. Tempatku berbagi keluh kesah. Rumahnya kira-kira dua ratus meter dari gudang ikan –sebutan tempat ini-. Rumahnya adalah rumah terdekat dari gudang ikan ini. Setengah berlari aku menyusuri jalan yang sudah hampir tujuh tahun ku tempuh setiap hari. Nafasku sesak. Lebih sesak lagi ketika kudapati rumah kayu yang berukuran tak lebih dari empat kali empat meter itu. Aku terkulai duduk di lesehan di depan rumah kecil itu. Aku tak tau lagi harus bagaimana.
Mataku nanar memandang jalan. Dari kejauhan kulihat seorang pria tambun berlari ke arahku.
“Dar..!! Daren..!!” teriaknya memanggil namaku. Tangannya melambai-lambai. Aku berdiri dan berlari mendekatinya.
“Ada apa? Kenapa Abang kesini?” tanyaku.
Ia meraih tanganku dan meletakkan sebuah kunci yang sudah karatan itu di telapak tanganku. “Aku mengantarkan kunci ini.” jawabnya di sela-sela nafasnya yang memburu.
Aku memegang kunci itu dengan tangan kiriku yang sudah basah keringat. Kutatap mata pria yang sudah menjadi buluh perinduku selama lima tahun itu lekat. Aku mengusap keringat di dahinya dan kemudian menggenggam tangannya. Kami berdua berjalan menuju gudang ikan. Meskipun kami jarang berkata-kata karena pahitnya hidup telah menelan kalimat, tetapi dalam angan, jiwa kami senantiasa bersenandung, bercakap-cakap riang. Senandung jiwa muda yang telah menjadi sangat dewasa karena kerasnya hidup.
Aku merasa senang jika berada di dekat pria yang lima hari lagi usianya genap dua puluh tujuh tahun ini. Angin berhembus menjatuhkan gulir-gulir peluh yang mengalir deras di tubuh kami yang penat. Lima tahun yang lalu kami adalah pasangan muda yang berikrar untuk merentas hidup bersama di usia yang masih sangat dini. Sedangkan umurku terpaut dua tahun darinya. Lima tahun yang lalu kami adalah pasangan muda yang berbahagia dan sampai hari ini semuanya tak berubah. Kami adalah pasangan muda yang bahagia. Batin kami riang meskipun jasad lelah merenda nasib.
* * *
“Assalamu’alaikum...!!” ucapku ketika memasuki bekas gerbong kereta api yang sudah kusulap menjadi sebuah rumah – tempatku berteduh, tempat suamiku berteduh, tempat anak-anak asuhku bercanda riang -.
Tak ada orang di rumah. Aku pergi ke luar, kulihat sepeda motor butut suamiku bersandar di sisi gerbong lain. Sudah hampir seminggu sepeda motor butut itu mogok. Orang bengkel tak mau lagi membantu memperbaikinya. Sudah, buang saja barang rongsokan ini. Tak kan bisa di elokkan lagi. Ucap mereka.
Sebenarnya ada tiga gerbong kereta api. Satu gerbong kujadikan rumah. Sedangkan yang dua lagi disulap suamiku menjadi kelas – jika tempat yang digunakan anak-anak untuk belajar disebut kelas-. Masyarakat setempat mengizinkan kami – aku dan suamiku – menempati dan menggunakan gerbong untuk kepentingan anak-anak Kampung Rambutan ini. Siang hari suamiku mengajar anak-anak kampung yang tak mampu bersekolah untuk membaca dan menulis. Anak-anak itu usianya dari enam hingga sepuluh tahun. Bahkan tak jarang juga ada bapak-bapak atau ibu-ibu yang mengikuti kelas ini untuk belajar membaca dan menulis. Sedangkan aku mengajar remaja-remaja yang putus sekolah pada malam harinya. Semuanya cuma-cuma. Tak sepeserpun uang kami minta. Bagi kami, mendidik mereka adalah tabungan. Namun tak kerap orang tua mereka mengantarkan beras atau lauk ketika asap tak lagi mengepul di tungku dapur kami.
“Ayah Budi pergi ke kantor.” Sayup-sayup aku mendengar suara Bang Wahyu dari gerbong sebelah. Rupanya kelas belum bubar. Aku segera masuk rumah, meraih handuk yang tergantung di paku dinding gerbong. Dengan menenteng sebuah ember kecil aku menuruni sebuah jalan setapak menuju sumur kecil di belakang gerbong. Aku mengguyur tubuhku yang anyir karena bau ikan Tuna. Di gudang ikan aku bekerja membersihkan kotoran ikan Tuna yang akan dikirim ke kota. Seharian duduk dihadapan ratusan kilo ikan Tuna dengan tangan bergelimang kotoran ikan, amis dan anyir.
Setelah mandi aku segera menghidupkan tungku. Memasak lauk untuk makan malam. Setelah itu aku terlelap di atas lapisan tebal kardus. Angin sore seakan mendongeng mengantar tidurku yang lelap.
* * *
“Dar..Daren..!!” Bang Wahyu menggoyang-goyang badanku lembut. “Azan maghrib Dik.” ucapnya. Akh..aku ketiduran. Aku segera berwudhu ke sumur dan kembali lagi ke rumah untuk shalat berjemaah dengan tiga orang anak asuhku, Lintang, Alung dan si kecil Pipit yang belum genap lima tahun. Bang Wahyu shalat di surau Uwak Abdul, seperti biasanya.
Selesai shalat aku mengajarkan Lintang dan Alung ngaji irama tartil. Sedangkan Pipit menggelayut manja di pangkuanku. Pipit sudah khatam IQRO’. Abinya – Bang Wahyu- membelikannya Al Quran kecil kemaren. Biasanya Bang Wahyu sudah pulang ketika kami selesai membaca ayat-ayat cinta Sang Khalik. Kemudian Lintang dan Alung menyetor hafalan mereka pada pria yang mereka panggil Abi. Usia Lintang dan Alung tidak terpaut jauh. Hanya beberapa bulan. Dan sekarang usia mereka sudah delapan tahun lebih. Aku sangat bangga pada mereka. Mereka sekarang sudah hafal empat juz.
Shalat isya, kami shalat berjemaah dengan Bang Wahyu. Makan malam seadanya dan kemudian aku ke gerbong sebelah untuk mengajar sampai pukul sepuluh malam. Biasanya anak-anak sudah tidur ketika aku pulang. Sedangkan Bang Wahyu, pasti tengah mengutak-atik jala ikan, menjahitnya jika ada jala yang robek. Suamiku, pria terbaik yang pernah ku temui dalam hidupku. Tak kusangka ia bisa bertahan sejauh ini. Ia rela hidup susah denganku di tempat terpencil ini. Meninggalkan kehidupannya yang berkecukupan di kota. Meninggalkan keluarganya demi aku, Daren.
Daren, gadis sebatang kara yang ditinggal mati kedua orang tuanya ketika sebuah wabah melanda kampungnya. Daren yang tak mau meninggalkan kampungnya, Kampung Rambutan, sebuah kampung terpencil di Pulau Natuna yang terpencil walaupun dipaksa dengan cambuk, walaupun di iming-imingi dengan uang emas. Karena dari dulu ia bertekad melanjutkan perjuangan Abak dan Uminya untuk membangun sebuah sekolah desa di kampungnya. Ia tak akan meninggalkannya dalam keadaan tanpa pendidikan tanpa harapan seperti para putra Natuna yang lebih memilih meninggalkan Natuna setelah sukses di kota.
Daren, gadis gila yang mengasuh tiga orang anak yatim piatu di kampungnya. Daren, gadis yang dicintai suaminya karena hatinya yang tulus. Setulus matahari menerangi bumi. Setulus hujan mengguyur wajah bumi yang sedang kering. Setulus langit menyelimuti dunia. Daren, gadis yang akan memperoleh nikmat di hari kelaknya di saat anak-anak asuhnya menjadi orang sukses dan memperjuangkan mimpi-mimpinya.
* * *
Pagi-pagi buta aku bangun. Menyiapkan lauk untuk sarapan dan makan siang keluargaku. Dan setelah mengerjakan semua pekerjaan rumahku, seperti biasa aku berjalan setengah kilo ke halte bus kemaren. Dan pagi ini aku kembali melihat perempuan itu. Aku memperhatikannya cukup lama sampai kemudian dia mendekat padaku. “Dar..!!” panggilnya pelan.
Aku kaget. Darimana dia tau namaku.
“Aku pikir umurku tak akan lama lagi.” dia berbicara padaku. Ia menangis. “Aku mohon asuhlah putriku. Aku mohon.” ucapnya lagi.
Aku tak bisa berkata-kata. Ia memegang pergelangan tanganku dan menuntunku ke sebuah gubuk reyot di bawah sebuah jembatan tak jauh dari halte. Aku melihat bayi merah perempuan yang dibalut sembarangan dengan kain bulukan. Perempuan itu menggendong bayi itu kemudian memberikannya padaku. Aku menerimanya. Bayi itu sangat cantik . . . .
To be continued . . .
[ ini adalah sinopsis dari sebuah novel yang tengah digarap penulis. Penulis sangat mengharapkan dukungan dari pembaca sekalian demi selesainya novel ini ]
My SMA in Cafla…
Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Emh, cerita SMAku,ku mulai...
Sabtu, hari pertamaku berkumpul di sekolah yang terkenal dengan Kampus Falmboyant ini. Aku mengenakan jilbab lebar. Ya, aku yakin dari banyak siswa baru, yang berkumpul hari itu akulah yang memakai jilbab selebar ini. Percaya atau tidak, aku sudah lama suka memakai jilbab lebar. Hanya saja aku tak pernah punya. Jilbab yang kupakai hari itu adalah jilbab tante yang kuambil dari lemarinya. Tentu saja tanpa sepengetahuannya. Tapi tenang saja, semua pakaian yang ada di lemari itu adalah pakaian yang memang sudah tak dipakai tanteku lagi. Hari itu aku diantar mama. Sebenarnya malu juga, aku takut banget waktu mama bilang mau ninggalin aku disitu. Ntar kalau Pra MOS ini udah selesai aku diminta mama untuk ngesms minta dijemput. Mama pergi ke barisan gugusku dan memberiku selembar uang lima puluh ribu. Kudengar suara beberapa siswa yang sempat-sempatnya mengoceh ngomongin aku anak manja...Beberapa bersorak “Uuuu.....!!!!”. Dengan kepala terus menunduk aku kembali ke posisi awalku di barisan.
Walaupun di mtsn aku terkenal sebagai cewek boco yang kerjanya ketawa dan suka bikin ketawa tapi sebanarnya aku anaknya pemalu banget loh. Apalagi kalau di tengah lingkungan yang sama sekali baru bagiku. Ada beberapa siswa di gugus ini yang sudah ku kenal karena sama-sama dari mtsn. Ada ela, via, idil. Tapi tetap saja aku malu dan merasa sendiri. Aku tidak akrab dengan mereka. Hanya Via yang dulu pernah dua tahun sekelas denganku.
Ocehan kakak kelas yang berdiri di depan kantor dan suka bikin peraturan plus hukuman-hukuman ala mos bikin aku tambah gemetaran. Aku terus menunduk memandangi sepatuku yang sebenarnya sama sekali udah gak enak buat dipandangi karena udah lusuh banget. Banget banget sih enggak tapi lumayanlah. Sampai akhirnya kami semua disuruh saling berkenalan dalam waktu sepuluh menit dan kami harus hafal nama semua teman yang segugus, cowok dan cewek. Kalu enggak, bisa-bisa kena hukuman. Aku? Aku gak berani ngenalin diri. Padahal sebenarnya, apa susahnya sih....
Teman-teman baruku udah pada nanya sono-sini, “namanya siapa?namaku.....”. Huff, serius deh,kok bisa ya mereka gak sungkan sama sekali. Tiba-tiba pandanganku berhenti pada sepasang sepatu putih yang berhenti tepat di depanku. Perlahan kuangkat kepalaku. Seorang cewek berdiri menebar senyum dan mengulurkan tangannya padaku. “Hai, namanya siapa? Namaku siti.”. Aku menyambut uluran tangannya. “Miming.” Dan balas tersenyum. Ramah.
Setelah itu aku mulai berani mengangkat kepalaku. Memperhatikan sekitar. Ternyata banyak juga yang malu-malu seperti aku. Tapi gak separah aku.Hehehe... Ada satu orang cewek yang jadi perhatianku. Cici. Kesan pertama, supel. Dia gak berhenti-berhentinya tersenyum lebar, menanyakan nama setiap orang dan memperkenalkan dirinya sambil terus mengingatkan pada semua orang bahwa namanya cici. Riang banget.^_^
Dibimbing oleh seorang kakak kelas yang manis banget. Namanya kak Putri. Jilbabnya lebar juga. Kami mengelilingi SMA yang kudengar sma paling favorit ini. Pusing. Luas banget. Baru kali ini aku ke Sma Dua ini. Maksudku pertama kalinya berkeliling. Kalau datang kesini udah yang kedua kalinya. Yang pertama waktu aku mendaftar.
Ridho, PD nya tinggi. Dia mengusulkan diri untuk mengetuai gugus delapan. Sepertinya dia cukup tau tentang SMA ini. Setidaknya pasti sebelumnya Ridho udah berkeliling. Soalnya Ridho tau lumayan banyak. Hmm, kalau aku ditinggal sendiri disini dijamin aku bisa nangis karena takut tersesat. Hehehe....bukan nangis karena beneran tersesat tapi karena takut tersesat. Parah ya? Aku sempat dibikin shok sama anak kembar yang ada di gugusku. Awalnya aku gak tau kalau mereka kembar. Aku sempat ketakutan waktu lagi keliling sekolah aku melihat orang yang sama bisa ada di dua tempat yang berbeda di waktu bersamaan. Untung aja kakak-kakak kelasku pada lagi gonjang-ganjing ngomongin tuh anak kembar yang ternyata dari SMP di Bogor. Jadi aku bisa tau faktanya sebelum keburu pingsan karena shok.Hehehe...
Selama MOS aku deketnya sama Cintia. Kami berdua selalu berada dalam barisan paling belakang dan paling akhir di lapangan ataupun di aula. Kalau kakak kelas udah bikin permainan aku langsung mati kutu. Takut bikin kesalahan. Tapi alhamdulillah selama mos aku gak bikin sesuatu yang menyebabkan aku kena hukuman. Cuma pernah waktu mos hari terakhir, hp ku disita. Waktu itu papa nelfon dan aku angkat. Ketahuan deh.
Banyak hal yang kulalui bersama teman-teman baruku semasa mos. Banyak hal menyenangkan. Aku hanya bersikap sebagai pengamat tentu saja. Lagipula aku emang hobi banget mengamati aktifitas orang di sekitarku. Yang paling kuingat, cowok paling rapi, bersih dan wangi yang pernah kutemui. Handri. Dia hebat banget menggambar. Duet yang pas banget ama Yeski, cewek hitam manis yang juga hebat ngegambar. Gugusku adalah gugus yang paling heboh. Tentu saja dalam kehebohan ini aku hanya memiliki sedikit andil dalam menyumbangkan suara. Meskipun suaraku keras eh maksudnya nyaring, waktu itu aku benar-benar gak berani bersuara. Gak kayak cici yang hobi banget nyanyi. Suaranya emang bagus banget juga. Di akhir mos ela terpilih jadi quin mos.
Hari pertama sekolah, tanpa embel-embel mos. Aku sempat canggung karena Cintia ternyata tak sekelas denganku. Aku melihat daftar kelas yang ditempel di papan mading di samping ruang PMR. Ela gak sekelas lagi sama aku. Jadinya yang dari mtsn tinggal aku, Via dan Idil. Aku ngekor aja sama anak-anak. Aku dapat kenalan lagi, Fitri. Kami sama-sama jalan di barisan paling belakang. Emh, waktu itu aku benar-benar kangen ama teman-teman waktu di mtsn. Aku benar-benar ngerasa asing.
Kami masuk ke sebuah kelas yang kudengar bekas labor bahasa. Karena sekolah kekurangan kelas sedangkan yang masuk banyak banget. Jadinya kami yang ditempatkan di ruangan ini. Ruangannya besar. Ada banyak sekali lampu dan ada dua buah kipas angin. Trus ada dua buah ruangan kecil yang berisi banyak meja dan kursi-kursi laboratorium.
Kaget banget, pertama kali wali kelas masuk, aduh maaaaak.......ngeri. Galak banget. Aku aja sampai berkeringat dingin dengerin nasehat-nasehat ibuk Yen waktu itu. Trus ada teman baru lagi yang awalnya kukira anak TK, anaknya ibuk yang lagi ngajar. Tika. Hehe...habisnya tika kecil banget. Udah gitu seragamnya juga ngedukung.
Awal-awal belajar aku juga ngerasa ngeri banget. Semuanya pada aktif sewaktu belajar. Semuanya pada rebutan tunjuk tangan kalau ada pertanyaan dari guru. Takuuuuu..............t. Aku langsung mutusin buat keluar dari kelas unggul. Tapi untung aja gak jadi. Aku gak bisa bayangin kalau aku bukanlah bagian dari kelas yang aku bangga-banggakan, kelas yang aku cintai ini.
* * *
profil kelas (Doeble Atyu)
Huy gays...Pengen tau gimana profil Doebelz Atyu?
Yuk, kita jalan-jalan mengarungi kisah para siswa siswi IPA 1 yang komplit begete deh, dijamin komplit...lit...lit
Doebelz atyu adalah kependekan dari Dua Belas Ipa Satu, Waktu masih kelas sebelas, our class’s name is Sebelz Atyu, kependekan dari Sebelas Ipa Satu. Nama ini adalah salah satu bukti kreatifnya kami para warga Atyu...
Gak pengen tau kenapa kami bilang kelas kami adalah kelas paling komplit...lit...lilit?
Lets check it out!
Siswa tersenior dan terjuniornya Cafladoepa ada di Doebelz Atyu, mereka adalah Bang Wahyu and Dek Tika. Hmm...jangan ditanya deh otak mereka encernya kayak gimana. Encer bangeeee...t.
Juara umumnya Cafladoepa juga adanya di Doebelz Atyu. Yups, cowok smart ini punya nama Taufal Hidayat.
Gak cuma itu aja, mantan siswa nomor satu di Cafladoepa juga ada disini. Tau donk siapa siswa yang lagi kami bicarakan? Siapa lagi mantan ketua OSIS kita, Aridho. Selain Ridho, beberapa siswa Doebelz Atyu juga menjadi pejabat dan punya peran penting di Cafladoepa. Contohnya saja : Chairil ketua KIR, Rama ketua S3i plus ketua ekskul Majalah Delonix plus karya tulisannya sering dimuat di media cetak seperti majalah Horison dan koran Padang Ekspress, Nurul ketua An-Nisa’, Azari dan teman-teman [Haris, Ario, Rian, ................] yang mengharumkan nama sekolah dengan musik tradisional talempong, Edo drummer nya band yang Te O Pe banget cause sering memenangkan festival-festival band tingkat kota ataupun provinsi selain itu Edo juga pemain basket yang jago banget, Handri yang bakat seni gambar sampai-sampai kewalahan mengemban banyak sekali amanah yang diberikan sekolah untuk ngurusin urusan gambar menggambar, Adek si jago matematika yang selalu berhasil memperkenalkan sekolah dengan prestasinya di perlombaan matematika tingkat provinsi, Gebi si jago kimia, Riyant yang bakat tarinya membuat sekolah mendapatkan penghargaan, dan sederet nama-nama lainnya yang kalau disebutin semua aduh bakalan panjang banget deh.
Dalam waktu yang udah hampir tiga tahun ini, sudah banyak hal yang kami lewati. Banyak sekali prestasi yang diraih. Banyak sekali suka duka. Mulai dari perdebatan-perdebatan yang mengakibatkan sedikit kesalahpahaman diantara kami, cinta lokasi, persaingan-persaingan kecil, ada beberapa teman yang mengalami kemalangan, teman-teman yang harus nginap di rumah sakit karena sakit yang cukup parah, kerja keras kelas buat nampilin yang terbaik waktu pagelaran, kobatarlas, liga flamboyant, perlombaan-perlombaan antarkelas waktu bulan Ramadhan.
Warga Doebelz Atyu juga beragam banget, melambangkan Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Begitu juga dengan kelas kami yang tetap bersatu walaupun dihuni oleh cowok-cowok keren dan cewek-cewek manies yang beragam karakternya. Ada yang kutu buku banget plus gila belajar, ada yang hobi ngebanyol, hobi ngegosip, hobi begaya-begayei, hobi Syuro, hobi bikin istilah, yang suka bikin usil, bikin kesal, ada juga yang gila senyum n nyapa orang, gila nyanyi, gila naruto, suka banget berpolitik, berpuitis-puitis ria, yang anggunnya minta ampiuuuun, yang superlelet, yang kalem begete, yang telinganya kagak pernah cerai ama headset, yang pendieeeeeeeeeeem, yang cereweeeeeeeeeeet, yang emosiiiiiiiiiiiian, yang hobi chating sampai-sampai percakapan waktu chating disimpan di Ms.Word, yang armi banget, yang super nyastra, yang merakak dadak, yang hobi banget ngomong pake bahasa Inggris, yang pede dengan bahasa tok nya, yang kecanduan ngomong pake bahasa Indonesia, yang gila ngegombal, hobi banget nulis di papan tulis, hobi permisi, hobi ngoleksi buku sampai-sampai punya perpustakaan pribadi, ceplas-ceplos, Profil Kelas
Sabtu, 16 Juli 2005, Cafladoepa dipenuhi oleh ratusan murid baru yang sengaja dikumpulkan untuk mendaftar ulang. Dan pada sa’at itu pulalah kami, warga Doebelz Atyu dipertemukan.
Senin, 18 Juli 2005, hari pertama sekolah. Kami, seperti siswa-siswa yang lainnya menjalankan kegiatan Masa Orientasi Siswa alias MOS. Di gugus kami [gugus 8] ada 40 siswa. Dan kelas kami menjadi kelas yang perwakilannya menjadi Quin MOS tahun 2005.
Kamis, 21 Juli 2005, hari pertama masuk ke kelas. Kami mendapatkan sebuah kelas yang dulunya adalah labor Bahasa Indonesia. Mungkin karena itulah pada awalnya kelas itu terlihat begitu kacau. Kelas itu sangat besar, ruangan utama yang luas, ditambah lagi dengan dua buah ruangan kecil yang untuk berikutnya kami sebut dengan ruang ganti dan gudang. Ruang kecil itu dipenuhi dengan meja dan kursi laboratorium bahasa lama. Lokasinya sangat strategis, di pusat sekolah, dekat dengan kantor guru, lapangan basket, Mesjid dan KopSis. Pagi itu wali kelas kami masuk. Memberikan pengarahan. Reaksi kami? “Ya Allah, wali kelas yang satu ini, killier banget.” Meskipun pada awalnya kami berpandangan seperti itu, tapi Buk Yen yang punya nama lengkap Bu Jusarmi Yenti, guru geografi ini kemudian mencuri hati kami dan jadi guru favorit. Setelah naik kelas kami sering sekali merindukan tepukan kasih sayangnya. Ketua kelas pertama kami, Ridho.
Bulan Agustus, bulan kedua keberadaan kami di Cafladoepa tercinta ini, menjadi bulan yang penuh dengan bunga. Banyak sekali siswa dan siswi di kelas yang sedang berbunga-bunga.Setiap minggu kelas mengadakan acara bersama untuk mempererat kekompakan. Mandaki bukit Sitabur dan bertanding basket setiap hari Sabtu menjadi kegiatan favorit.
Sepetember yang seharusnya menjadi bulan yang penuh dengan keceriaan tidak berlaku pada kelas kami. Beberapa waktu sebelumnya sekolah mengadakan tes bagi siswa yang berminat masuk ke kelas berbasis internasional yang baru dibentuk di sekolah. 9 orang siswa X.9, kelas kami, lulus. Ya, sesuai dengan yang kalian pikirkan, anggota kelas kami berkurang delapan orang. Warga kelasku berduka sa’at itu, meskipun waktu perkenalan kami yang relatif singkat namun kami merasa sudah seperti satu keluarga yang kompak. Acara perpisahan kami adakan di Batang Tabit dan Harau pada hari yang berbeda.
Ramadhan pertama, kelas kami mengadakan buka bersama di rumah Irma.
Tidak berapa lama setelah kepindahan teman-temanku itu, di kelas ada sembilan orang murid baru lagi yang menggantikan : Agung, Adrian, Fauzan, Idil, Hafiyani, Dina, Yeski, Cici dan Ulul yang kembarannya masih tetap bertahan di Unggul. Sebenarnya sewaktu wali kelas memberitahukan bahwa akan ada siswa baru di kelas, kami tidak bersedia menerimanya. Kami memutuskan untuk tidak menambah anggota kelas. Tapi semua itu merupakan wewenang sekolah. Siswa-siswa baru itu juga berjumlah sembilan orang : Nurul, Azari, Rian, Joko M, Chairil, Arif, Vela, Syarief dan Mega yang tomboi abizzz.
Desember, penghujung bulan di tahun 2005, kelas unggul mengadakan study tour ke universitas-universitas di Jakarta dan Bandung. Tidak semua teman-teman di kelas bisa mengikuti study tour ini. Kami pergi bersama dengan kakak kelas dua unggul dan beberapa guru. Tidak hanya study tour kami juga mengunjungi beberapa tempat wisata seperti gunung Tangkuban Perahu, dll.
Akhir semester pertama, peringkat kelas dipegang oleh : Miming, Mira dan Reski. Akhir semester kelas juga dirundung duka karena ada siswa di kelas yang kemalangan.
Awal semester dua, kelas baru telah selesai dibangun. Pindah kelas. Awalnya pun kami merasa kurang senang. Karena kelas yang lama kami nilai sangat strategis dan banyak fasilitas. Di kelas yang lama kami punya dua buah kipas angin dan banyak sekali lampu. Ditambah lagi sebuah perpustakaan kecil yang kami bangun dengan menyumbang buku.
Kelas baru, suasana baru. Kelas yang ini sangat dekat dengan perpustakaan dan kantor guru. Perpustakaan kecil kami tak lagi bisa berfungsi. Kami pun lebih banyak menghabiskan waktu luang di perpustakaan tidak lagi di lapangan basket seperti sebelumnya. Sebenarnya kelas yang ini lebih terasa nyaman. Karena letaknya yang dekat dengan sawah-sawah dan dibawah teduhnya pohon jambu yang akan berbuah pada musimnya. Akhir semester dua, kelas pergi jalan-jalan keliling Sumbar. Semuanya pergi. Karena uang transportasi dibayar dengan sisa uang kas. Sehingga kami hanya perlu menyediakan uang jajan. Jalan-jalan yang paling mengesankan. Kami sampai di Payakumbuh lagi hampir tengah malam.
Akhir tahun ajaran di kelas satu, kelas mendapat kemalangan lagi.
Kelas Dua
Ada dua siswa yang keluar dari kelas, Joko M yang pindah ke kelas XI IPA 3 dan Ulil yang pindah sekolah ke Padang. Seperti sebelumnya, selalu ada siswa pengganti.
17 Juli 2006, ada siswa baru di kelas yang menambah komplitnya kelas kami. Namanya Wahyu, pindahan dari pesantren di Jawa. Wahyu ini kelahiran tahun 1987, 3 tahun lebih tua dari umur kami pada umumnya. Jadi gak salah juga kalau sebagian besar dari kami yang memanggilnya abang.
9 Agustus 2006, Taufal juara umum kelas satu yang berasal dari kelas X.7 pindah juga ke kelas kami. Taufal sebelumnya duduk di kelas XI IPA 2.
Wali kelas kami di kelas dua, juga bernama Bu yen, hanya saja nama lengkapnya Bu Iryanti, guru biologi.
Kami kebagian lokal kelas dua unggul yang lama, di belakang labor biologi. Tiap pagi olahraga karena harus naik jenjang kalau mau sampai di kelas.
Kelas dua, dipenuhi dengan beragam cerita. Mulai dari Riyant yang jadi ketua kelas, cinta lokasi antara teman-teman di kelas, Nela yang kehilangan handphone, liga flamboyant dan kobatarlas yang menegangkan, Ridho yang terpilih jadi ketua OSIS, Chairil menjadi ketua KIR, Rama yang jadi ketua S3i, Nurul ketua An-Nisa’, dan sederet nama lainnya, pagelaran yang mengesankan, guru kimia PL yang nervous banget, dan study tour ke Medan di akhir tahun ajaran. Taufal, Reski dan Yudi memegang peringkat kelas. Di akhir tahun, lagi-lagi kelas mengalami kemalangan.
Kelas 3
Wahyu terpilih jadi ketua kelas.
Bersambung...
Insya Allah sambungannya lebih komplit
By:Najmushshubi
Wednesday, April 09, 2008, 6:24:18 AM
CoklAt
“Bibi......k!! Majalah yang baru aku beli kemaren mana?” Fatma berteriak dari kamarnya. Keras sekali suaranya.
Bi Ijah langsung nongol setelah berlari-lari dari dapur ke kamar Fatma, anak majikannya. “Tadi bibik letakkan di atas meja, Non.” jawabnya cepat. Dia tidak mau nonanya itu ngomel-ngomel kesal karena lama menunggu.
“Sudah ketemu kok, Bik. ‘Afwan jidan ya.” Fatma berbaring di atas kasur empuknya sambil melahap majalah yang kemaren dibelinya dengan susah payah sepulang sekolah. Dia harus berdesak-desakkan di atas sago, angkutan umum di kotanya, antri di toko majalah sampai-sampai kakinya terinjak oleh pembeli lain dan hal lain yang membuatnya sering menghela nafas panjang karena menahan kesal.
“Hemm... menurut majalah ini, 14 Februari ini aku akan mendapatkan coklat Valentine dari seseorang yang tidak terduga. Benar tidak ya?” Dia mulai tersenyum dan tertawa sendiri membayangkan siapa orang yang dimaksud oleh majalah itu. Dia sangat asyik dengan bacaannya sehingga tidak menyadari Bi Ijah yang sudah dari tadi berdiri di belakangnya, membawa nampan makan siang.
“Ma’af, Non. Ini bibi bawakan makan siangnya. Hati-hati lo Non, ketawa-ketawa sendiri, nanti setan membisikkan yang macam-macam.” Bi Ijah menasihati.
“ Astaghfirullahal’aziim. Terima kasih ya Bik. Makanannya diletakkan di atas meja saja. Terus, kalau nanti Bunda menelpon, tolong katakan kalau Fatma kangen banget sama Ayah sama Bunda. Ya Bik?” pintanya manja.
Setelah Bi Ijah keluar, Fatma terdiam sejenak. Untung Bi Ijah mengingatkannya. Kalau tidak, dia bisa keterusan mengkhayal yang tidak-tidak. Bi Ijah dianggapnya seperti keluarga kandungnya sendiri. Perempuan paruh baya itu sudah lama ikut dengan bundanya. Bi Ijah yang membantu bundanya mengasuh, mengajarkannya mengaji, shalat, puasa dan banyak hal lainnya.
“Tapi tidak apa-apa kan kalau aku membaca majalah. Maksudku,hmm, sebagai remaja wajar saja aku mempunyai keinginan untuk...Ah, sudahlah!!” Fatma mencoba menampik bisikan setan yang mulai membujuknya.
Di sekolah.
“Fat, besok kan hari Valentine. Kamu mau ngasih coklat sama siapa?” salah seorang temannya bertanya.
“Apa? Kenapa kita yang ngasih coklat? Seharusnya kita yang dikasih coklat.” Dahinya berkerut mendengar pertanyaan temannya itu. Pembicaraan pun berlangsung lama, dia tidak sadar sudah terbawa arus setan. Dia pun sibuk berkoar-koar soal Valentine’s Day yang akan dirayakan besok besok dan coklat.
***
Suhu panas dirasakan oleh sekelompok siswi berseragam putih abu-abu yang sedari tadi sibuk mengipaskan tangannya untuk mengusir panas yang menyengat siang itu. Kemudian mereka memutuskan untuk mendinginkan diri di mol yang letaknya tidak jauh dari lokasi sekolah. Mereka sudah pulang sekolah. Seorang gadis berjilbab yang juga berada dalam kelompok itu adalah Fatma. Dia diajak oleh teman-temannya untuk pergi berburu coklat dan kado berwarna pink di mol berlantai empat itu.
Kecuali Fatma, hampir semua teman-temannya sudah pacaran. Mereka sangat antusias mencari hadiah Valentine untuk “gandengan” mereka. Tapi tidak setelah sebuah insiden terjadi sa’at mereka sedang menikmati bakso yang terhidang di meja.
“Fat, kami ada janji sama anak-anak yang lain. Kami mau nonton film yang baru keluar kemaren. Kamu mau ikut dengan kami atau pulang sendiri? Soalnya kamu kan tidak punya pasangan. Kamu ngerti kan apa yang kami maksud?” Pricilia, gadis manis berlesung pipi yang terlihat sangat langsing sekali dengan seragam sekolahnya yang sudah mendapat sedikit modifikasi itu bertanya.
“Gak apa-apa kok. Aku ikut kalian saja. Memangnya film apa?”
“Romance in Valentine Day. Itu lho film yang diangkat dari novel yang tahun mendapatkan banyak penghargaan internasional itu. Gimana?”
Fatma mulai ragu. Apakah dia akan ikut menonton atau tidak. Kemudian dia teringat dengan kata-kata Uni Tata di forum Jum’at lalu. ”Valentine itu tidak ada dalam Islam. Itu adalah budaya orang no muslim. Jadi, kita jangan sampai ikut-iktuan.” Kata-kata itu kembali terngiang-ngiang di telinganya.
Peperangan mulai terjadi dalam diri Fatma. Debat berkecamuk di batinnya. Ikut atau tidak. Film Valentine tidak mungkin ada adegan-adegan anehnya. Fatma berusaha meyakinkan dirinya untuk tetap ikut. “Bagaimana ya?” ujarnya ragu.
“Ah, kamu kebanyakan mikir. Menurutku lebih baik kamu ikut kami saja Fat. Kapan lagi kita bisa nonton film sebagus ini, ya kan? Meskipun kamu bilang it’s not our culture, but we must loyal to the other religy, must’n we? Kan Buk Ilma, guru agama kita juga bilang. Lagipula kalau cuma nonton kan tidak apa-apa. Kita ini sudah besar, bisa membedakan yang baik dan yang buruk. Dan kalau kamu mempermasalahkan adegan pegangan tangan atau cuma ciuman biasa saja, kamu kuno sekali.” Lita memaparkan panjang lebar.
Fatma terbujuk. Dia sampai di tempat pembelian tiket. Banyak sekali orang yang antri. Kebanyakan dari mereka adalah pasangan muda-mudi. Dia jadi bosan menunggu. Kemudian seorang pemuda dengan yang bajunya dipenuhi aksesoris mencolok mendekatinya. Pemuda itu memberinya sebuah tiket.
“Ini untukmu. Tapi nanti kamu duduk di sebelahku ya.” ucap si pemuda.
Akal sehat Fatma mulai bekerja. Dia merasa pemuda ini aneh dan sedikit mencurigakan. Dia melempar pandangannya ke seluruh bagian pembelian tiket tapi tidak menemukan teman-temannya tadi. Pemuda itu menatapnya dengan pandangan yang sangat tidak sopan. Fatma bergegas keluar meninggalkan pemuda itu tanpa pikir panjang.
***
Besoknya, 14 Februari.
Fatma berangkat ke sekolah setelah meminum segelas susu coklat buatan Bi Ijah. Ayah dan bundanya baru pulang dari luar negri. Mereka membawa banyak oleh-oleh. Ada sekotak Silver Quin. Fatma sangat senang mendapatkan sekotak coklat kesukaannya.
“Bun, ini coklat hadiah Valentine ya?” tanya Fatma berkelakar.
“Ya nggak lah sayang. Untuk apa kita merayakan hal yang sama sekali tidak diperbolehkan dalam agama kita. Ini cuma kebetulan saja ayah dan bunda pulangnya kemaren. Tapi sebenarnya, walaupun bunda pulangnya nggak tanggal 14 Februari, bunda akan tetap membawakan kamu coklat-coklat ini. Ini kan pesanan kamu sebelum ayah dan bunda pergi.”
“Iya Bun. Fatma tau kok. Syukron katsiron ya Bundaku cayang.” peluknya manja.
Di sekolah, Fatma tidak melihat Lita. Sepertinya Lita tidak masuk hari ini. Teman-teman yang kemarin ikut ke mol juga tidak kelihatan. “Ada apa ya?” tanyanya pada diri sendiri. Bu Fanda, guru fisika yang smart itu mulai mengajar. Fatma meraba lacinya untuk mengambil buku yang kemaren ditinggalnya. Tapi ia mendapatkan sesuatu. Coklat berpita pink.Tanpa nama pengirim. Hanya saja coklat itu memang untuknya karena namanya tertera pada kartu ucapan coklat itu.
Karena itu dia jadi tidak konsen belajar. Ia melempar kertas ke Aisyah. Menanyakan apa yang harus dilakukannya dengan coklat itu.
Fatma : Isyah, aku dapat coklat. Nggak tau dari siapa. Apa dibuang aja?
Isyah : Gimana ya? Kalau dibuang kan sayang. Lagian belum tentu juga kan niat orang yang ngasih itu buat Valentine gift.
Fatma : Jadi, disimpan aja gitu? Tapi aku nggak mau makan.
Isyah : Terserah kamu aja deh. Positive thinking aja.
Fatma pu menyimpan coklat itu dalam tasnya. “Yach, hitung-hitung mengahrgai orang yang ngasih. Makasih ya siapa pun itu.” gumamnya.
Di tengah-tengah pelajaran, guru BK masuk. Ternyata guru itu baru mendapatkan kabar bahwa Lita dan beberapa temannya yang lain sekarang ditahan di kantor polisi. Mereka terjaring pesta narkoba bersama beberapa orang pemuda. Dan uniknya lagi, polisi menemukan beberapa bungkus coklat. Dan coklat itu tidak bermerek dan ternyata di dalamnnya mengandung narkoba.
Fatma kaget sekali. Dia langsung melirik Aisyah. Aisyah mengerlingkan mata menyuruhnya untuk diam saja. Pada sa’at jam istirahat, Aisyah menemani Fatma untuk menyelidiki coklat itu. Dan kecurigaannya benar. Di dalam coklat itu ada tepung-tepung putih yang baunya......
” Narkoba Fat.” ucap Isyah pelan.
Fatma menggigil. Dia segera membuang cokat yang didapatnya ke kloset.
“Untung aku tidak memakannya. Alhamdulillah ya Allah alhamdulillah.” Fatma tidak henti-hentinya bersyukur, Allah telah menolongnya, hingga dia tidak ikut tersesat seperti teman-temannya. Karena ternyata teman-temannya bersekongkol untuk menjebaknya.
Sepulang sekolah Fatma mengajak Aisyah main ke rumahnya untuk menikmati coklat yang dibelikan bundanya. Isyah senang sekali. Mereka menikmati coklat itu tanpa narkoba dan tanpa jiwa valentine.
*** TAMAT ***
Miming Murti Karlina
XII IPA 1
Tugas Bahasa Indonesia
Cerita Pendek
Tak Lagi Kupercaya
Karena mereka akan khianat
Karena mereka akan menebar cerita,menyakitimu
Merusak percayamu ....”
Inginku tak mempercayai lirik itu
Tapi,
Kutemukan kebenarannya di hariku
Kutemukan sakit di ceritanya
Kenapa begitu?
Taukah kau,sakit sekali
Sa’at beribu-ribu jarum lewat di tenggorokanku
Menusuk paru-paru
Hingga sesakku menghirup,sa’at kudengar cerita itu
Kucoba percaya padamu teman...
Tapi kau begitu
Kau selipkan sayap pada ceritaku
Hingga mereka terbang
Hinggap di dahan pohon penyebar
Apa bedanya kau dengan pohon itu
Tak lagi kupercaya kau,
Setidaknya untuk cerita yang berat,menurutku
Tak lagi kupercaya
Kesempatan?
Bertanyakah kau akan kesempatan kedua?
Tentu masih ada
Tapi semuanya akan ada bedanya,teman...
1 desember 2007
PESONA BUNGA
Bunga
Pesonannya…
Merenggut kagum dan cinta siapa saja
Mengepakkan sayap-sayap ketidakberdayaan
Tak lagi bumi papan injakan
Bunga
Pesonanya…
Meronakan semua rupa
Mengirimkan kupu-kupu dari kayangan
Kugenggam tangannya sekuat genggaman
Bunga
Kutemukan zahirnya
Yang akan setia menghitung celotehku
Ikut geli membaca candaku
Bunga
Tak akan kulepas dia
Meski rapuh mengharu biru
Karena pesonanya adalah sendi kepakan sayapku
Desember 01, 2007, 5:21:44 PM
KOTA PERI
Sa’at futhur menghampiriku
Aku khilaf memperturutkan bujukan, tersesat
Tersesat kian jauh, kian dalam
Membuatku kesulitan untuk keluar dari lembah tak bernama ini
Kudengar, semua sahabatku memanggil-manggil
Ada yang berteriak, berjalan menujuku
Dan ada yang berlari meskipun sesekali terjatuh
Menggenggam tanganku sekuat-kuatnya
Menarikku dari semua keterpurukan ini
Tiba-tiba aku tersadar, menoleh pada mereka, sahabat-sahabatku
Tapi hatiku kosong, seperti kamar kosong, pengap, dan gelap
Hampa...
dan
Mati rasa...
Aku menyentakkan tanganku, lepas dari mereka
Bodoh...
Salah, memang salah kulakukan itu
Melepas penolong-penolongku, peri-peri kecil
Peri kecil yang selama ini memapahku, yang senantiasa tertatih
Hingga kurasakan jarak di antara kami semakin menjauh
Kulihat jalan yang begitu panjang, memisahkanku dari mereka
Namun jarak itu tak membuatku buta melihat sebuah duka
Duka, kekecewaan yang mungkin telah kubuat
Mereka menangis, pastilah iba padaku
Aku kian dekat dengan bibir jurang
Aku merasa melayang, terbang
Ada orang-orang aneh disekitarku
Mereka tertawa, mengelilingiku seperti peri-peri kecil
Memegangi tanganku, mengajakku ikut tertawa dan terbang
Ikut terbawa bersama mereka
Sesekali bercengkrama, hanya saja nuraniku menolak
“Ada apa?” gumamku dalam keramaian kota peri pagi itu
Ya, hari massih pagi, baru saja Subuh
Kujelajahi kota peri ini
Keramaian, memang menyenangkan
Tapi membuat kacau saat terlalu ramai dan ribut
“Biarlah.” pikirku saat itu
“Mengapa tak kunikmati saja?”
“Kapan lagi aku akan berkunjung ke kota ini?”
Kota aneh, kota peri yang senantiasa gelap, kurasa
Karena matahari belum juga tertawa
Padahal sudah pukul sembilan pagi
“Pukul sembilan?” tanyaku
Kubuat diriku percaya dengan melirik jam tanganku
Ada yang berbeda, kurasa
Dahulu, pukul sembilan aku berada di sebuah tempat yang terang
Tidak seperti pagi ini
Tiba-tiba perasaan aneh menyergapku
Memborgol tangan-tangan peri yang suka terang dan ketenangan
Sebuah kalimat menyelinap diantara hampaku
“Lihatlah ke belakangmu!”
Tapi peri-peri aneh itu melarangku,
Menggodaku, tawa mereka, suara mereka, sungguh membuatku hanyut
“Tapi apa salahnya ku menoleh.?” pikirku
Benderang, ramai namun tak kacau
Ada senyuman, uluran tangan, rangkulan
Peri-peri kecil,
Melambai padaku, mengepakkan sayap-sayap putih
Sayap putih yang mengeluarkan cahaya berpendar
Indah, melebihi indahnya pelangi
Tinggi, melebihi tingginya Fujiyama
Berwarna, melebihi warna sakura yang menggoda
Semua itu membuatku tertarik
Membangunkan tidurku
Menggelitik amnesiaku yang aneh
Membuatku teringat akan suatu hari yang penuh dengan bunga
Kupu-kupu,
Kulihat diriku ada di antara orang-orang yang bercengkrama di tempat itu
Amnesiaku kian terusik
Membolak-balik kenangan masa lalu
Yang kutinggalkan karena peri-peri di kota gelap
“Dsssh...” semilir angin melewati hatiku
Mengisi sel-sel penjara yang hampa di relung jiwaku
Membuka jendela-jendela yang ku kunci kemarin
Sebersit sinar menerangi hatiku, memberiku kehidupan...
Tenang dan damai
Perasaan yang sudah lama hilang
Agaknya mereka takut singgah padaku akhir-akhir ini
Atau mungkin sakit hati karena, tadi malam aku mengusirnya
Kulihat lagi peri-peri di kota benderang,
Mereka melambai dan mengulurkan tangan padaku
Semakin dekat, “Sahabat, kaliankah itu?”
Inginku menggapai tangan halus mereka
Meminta maaf pada KETENANGAN dan KEDAMAIAN
Semoga saja mereka menerima maafku
Tapi, tanganku kram...kaku, tak bisa kugerakkan
Seorang peri kecil di kota gelap, menatapku lekat
Hinggap di ujung jariku, terbang ke bahuku, menari di hadapanku
Kulihat matanya berkaca-kaca, ia berkata
“Tinggallah lebih lama disini, aku takut sendiri!”
“Jika kau ingin pergi, ajaklah aku, bawalah aku, angkat aku dari semua keterpurukan ini, aku mohon!” isaknya
“Teng...teng...”
Pukul sebelas
Kota peri gelap sepi, “Kemana mereka?” tanyaku
Tinggallah aku bersama peri kecil yang sedang terisak
Ia berkata lagi, “Aku ingin ikut bersamamu, tapi aku butuh waktu untuk menaiki tangga ke luar jurang, aku sudah terlanjur terpuruk dalam, dalam sekali, jemputlah aku kebawah sini!”
Tes...tes...tes...air matanya mengalir deras
Aku bingung, kota benderang menungguku
Kota peri kecil yang tenang dan damai
Tapi bagaimana dengan peri yang tersesat ini
Ups...aku mulai meragukan ucapannya
Apakah dia tulus atau malah ingin membuatku bertambah terpuruk lagi
Sekarang aku berada satu meter dari bibir jurang
Seorang peri kecil di kota gelap teriak di hadapanku
Tatapannya membuatku luluh lantak
Tapi disana, peri-peri dengan sayap putih bersiap menyambutku
Berpesta untuk kedatanganku
Dan ku tau pasti, aku akan tenang disana, tak ada keraguan
Disanalah kota peri yang benderang dan abadi
Tapi, bagaimana dengannya?
Akankah aku turun, masuk, menjempunya
Membawanya bersamaku, pergi ke kota abadi
Ataukah akan kutinggalkan dia disana
Karena aku ragu, jujurkah dia?
Benarkah dia ingin ikut denganku?
Tegakah aku meninggalkannya,
Tenggelam di kota gelap
Larut dalam kacau, terombang-ambing di gelombang keramaian
Aku ragu?
Sahabat, apa yang harus kuperbuat?
Ya Allah, rangkul aku lagi ya Allah...
Aku tak kuat berada disini, terpisah denganMu karena jarak
Terlebih lagi,aku mulai tersadar
Ada beberapa orang yang dulu menemaniku ke tempatMu bertanya tentangku, “Pantaskah aku, seorang peri yang tinggal di kota benderang, pergi ke bermain ke kota gelap, menjenguk seorang peri kecil yang katanya tersesat?”
Ya Allah, apakah sudah semakin sulit untukku berbalik,
Kembali berjalan pada Mu,
Sudah jauhkah jarak yang kubuat?
Sehingga ada sahabatku yang bertanya seperti itu
Ya Allah, tak ada yang mustahil bagi Mu
Kakiku sangat kecil dan lemah
Aku takut tersesat sebelum sampai di tempat Mu
Hilangkanlah jarak ini ya Allah
Bantu hamba berlari ya Allah
Bantu hamba melepaskan borgol-borgol yang memisahkan hamba dari Mu, dari peri-peri kecil di kota benderang
Dan bantu “dia” ya Allah, peri kecil di kota gelap
Ya Allah, aku rindu pada Mu
Pada semua titipanMu yang sempat kuselewengkan
ҝђỠờζi
Wednesday, November 28, 2007, 6:25:28 PM