Aku benci mimpi burukku
Pagi
!
Ku
sapa dunia.
Penuh
senyum tapi agaknya segala rupa enggan membalas sapa.
Sesa’at
tercenung, dimana aku?
Benarkah
ini bumi yang selama ini pijakanku?
Benarkah
itu langit yang selama ini naunganku?
Ku
lempar pandang sejauh ku mampu.
Hanya
ada gedung-gedung tinggi, kokoh dan sombong.
Bagai
seorang angkuh yang hendak menggalah bulan.
Mentari
masih seperti dulu, menghangatkan.
Namun
entah darimana panas yang begitu garang ini membakar.
Tak
terasa tubuhku basah bermandikan keringat.
Tiba-tiba
gelap, yang terdengar hanyalah bisik-bisik.
Bisik
namun bising dan penuh keluh.
Ada
tangis dalam gelak tawa yang mengiang.
Sungguh
tempat yang aneh,
ketakutan
mulai menyergap.
Ingin
berlari tapi bagai patung ku hanya bisa berdiri kaku.
Menggigil…
Bagaimana
mungkin ini negriku?
Ini
bukan Indonesiaku!
Ini
bukan lagi daerah permai yang sempat ku tinggali.
Tuhan,
bangunkan aku dari mimpi buruk ini.
Ku
ingin terbangun dan mengintip pagi dari jendela kamarku.
Aku
rindu Indonesiaku,
Negeri
dimana sapaan ramah selalu singgah.
Dimana
tak ada keangkuhan bersemayam.
Yang
ada hanyalah kebersamaan yang menentramkan.
Serta
senyum yang menghangatkan.
Aku
benci mimpi burukku!