Kamis, 06 Januari 2011

6 nov 2010 : puisi untuk sobatku

kadang kesepian begitu tragis
membisu, membungkam tawa
mengunci senyuman tanda rindu
meski cinta tak selalu manis, tapi sekarang begitu mencekam
sunyi sekali tanpamu sobat
lewati hari ini buatku bertanya, kapan ku mampu jadi seseorang yang dapat kau andalkan?
dapat kau dengar...
merengek,,bukan maksudku!!!
langit sore ini penuh, tertutup awan putih.
Ingin ku sibak awan itu.
namun tanganku tak mampu menggapai
seperti inginnya ku raih pundakmu, menggenggam tanganmu dan menyibak surammu.
Tersenyumlah sobat...
sakit sekali saat kudapati diriku tak memiliki kuasa sedikitpun bagi senyummu di saat begini.
Bicaralah seperti pohon-pohon yang saling berbisik
seperti burung-burung yang saling bergurau
mencoba meraba hatimu sobat
tapi ku tak yakin kau benar-benar membiarkan tubuhmu lepas di sandaranku...
meski ku tau kau sayang pada ku.
ku tak ragu sedikitpun tentang itu.
mungkin karena aku terlalu menyayangimu,,,

blog1.2 : arti sahabat

Panjangnya waktu yang telah dilalui seakan sebentar saja. Meninggalkan jejak-jejak kenangan yang kan selalu indah untuk dikenang. Sudah berapa tangis yang tertumpahkan. Sudah berapa sakit yang pernah dirasakan. Seakan tak lagi memberatkan jika ku lihat sudah seberapa erat ikatan ini membenamkanku dalam kisah. Senyum dan tawa yang pernah di ukir, membuktikan kita pernah ada dalam kisah ini. Bersamamu teman. Kini ku mampu benar-benar mengenal siapa diriku dan bagaimana aku harus mendobrak segala tembok penghancurku. Bagiku itu selalu berarti meski tak selalu mendatangkan tawa. Sedih dan bahagia akan selalu datang, silih berganti. Namun satu hal yang tak akan berubah, semua itu akan jadi kenangan, pelajaran dan warna dalam perjalanan ini. Tersenyumlah teman.Bahagialah. Karena itu juga kebahagiaan yang benar buatku. Tentang artimu bagiku. Lalu tentang artiku bagimu.
Jalan masih terbentang, panjang dan jauh ke depan. Semoga kesuksesan sentiasa mengiringi langkahmu.

blog1.1 : sahabat

Jumat, 7 Januari 2011. Pukul 11…
Al Furqan UPI Bandung

Bagian terbaik dalam hidupmu?
Ketika hati tidak lagi mampu menahan tangis. Lepas. Ingin membebaskan semua sesak. Terdiam di sudut tenangmu. Menyusuri kembali puing-puing memori yang semraut. Sulit.
Adakah yang benar-benar mengerti apa yang kurasakan selain diriku sendiri? Aku tak akan menyalahkan siapa-siapa disebabkan ketidakpahaman mereka tentangku, karena ketidakmampuanku untuk membuat siapapun mengerti. Termasuk dia. Bagian penting dalam hidupku.
Ketika melepaskan menjadi sebuah permintaan. Berat. Bagiku begitu. Tapi …
Andai dia tau aku tidak mengharapkan apapun selain kebaikan baginya, kebahagiaannya, hanya saja keegoisanku menekanku untuk memohon agar dia tetap bertahan. Jangan menjauh dariku. Benarkah itu keegoisanku?
Kuhanya ingin dia tau, dia memiliki kebebasan. Luas. Tidak mesti selalu di sampingku. Hanya saja, jangan pernah membenciku. Melupakanku. Menghindariku. Mengacuhkanku.
Kabur. Mataku ditutupi kabut linangan air mata. Menatap mata seseorang yang berarti besar buatku. Semakin dalam ku menatap, semakin jelas luka itu ku lihat. Gurat kesedihan yang selalu ia tutupi dengan tegasnya ia menjawab TIDAK.
Entahlah, apakah aku benar-benar melihat itu atau hanya perasaanku saja yang mencoba meraba hatinya lalu berhipotesa. Besar harapanku untuk bisa jadi seseorang yang berarti buatnya. Bersamanya saat ia melangkah maju dan bergulat dengan semua tantangan perubahan. Haruskah aku memaksakan? Harusnya TIDAK.
Berjuangku membesarkan hatiku, membuatnya mengerti bahwa aku tidak mengikatnya, hanya saja jangan menjauh dan membenciku. Ia BEBAS. Namun seringnya ia meminta untuk terlepas membuatku berpikir apakah aku terlalu kuat mengekangnya. Tanpa kusadari. EGOIS. Aku kah itu?
Sepertinya aku telah merebut banyak hal darinya. Lalu mencoba membuat diri ini lebih berarti besar. Namun, benarkah sudah begitu adanya ? Di matanya ? Seberapa berarti aku bagimu Hny?
SALAH. Aku tidak benar-benar begini untuk membujuknya agar tetap di tempat ini, di sampingku. Aku benar-benar menyayanginya. Argh, adakah yang percaya ? Karena semua akan mempertanyakan kenapa aku bisa sesayang itu ? Mengapa ? Dan kenapa harus dia ?
Ingin ku berteriak : Hai masalah, aku tidak takut, aku punya Tuhan yang Maha Besar.
Bukan meneriakkan : Ya Tuhan, aku punya masalah yang besar.
Hny, gapailah cita-citamu. Jadilah yang terbaik bagi orangtuamu. Dan tentu saja bagi Nya. Apapun yang ku lakukan adalah sayangku untukmu, saudaraku. Jika suatu saat BOM yang selalu kucemaskan itu meledak juga dan tidak mampu kuredam, maka pesanku, ingatlah aku. Masih disini dan masih menyayangimu sebagai saudaraku. TAK INGIN MENYAKITIMU.
Allah, pemilik hati semua makhluk di dunia ini. Jika yang terbaik adalah hal yang berat maka kuatkanlah aku, dia. Sesungguhnya Engkau yang Maha membolak balikkan hati. Jika ini sebuah ketulusan aku yakin Engkau akan dengan mudah dapat membolak-balikkan hati siapa saja yang Engkau kehendaki, termasuk dia, saudaraku, teman dekatku. Aku benar-benar ingin membuat ini menjadi sebuah ketulusan ukhuwah, bukan untuk keuntungan diriku. Bukan untuk keegoisanku. Tapi karena aku sayang. Tidak ingin lagi dia bertanya : apa untungnya bagiku ?? Hmh,, dia benar-benar orang yang mempunyai sikap. Tidak sepertiku. Maukah kau mengajariku, Hny ? Belajar darimu adalah hal baik buatku, karena kau punya banyak hal yang belum mampu kupelajari.
Aku bukanlah orang yang sempurna. Saudara yang sempurna. Teman yang sempurna. Tetapi aku adalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf, dan mencoba menjadi saudaramu dengan cara yang sempurna.
Jika saat ini kita bersalah, kenapa kita tidak menjadi lebih baik bersama-sama. Jika saat ini kita lebih baik, kenapa tidak menjadi lebih baik bersama-sama. Bukan dekatnya raga, tapi kedekatan hati orang-orang yang dipersaudarakan.
Maukah kau menjadi temanku ? Sahabatku ? Saudaraku ? Bersama-sama menjadi orang yang lebih baik. Seperti persahabatan-persahabatan lainnya yang bertahan hingga mereka tiada lagi di dunia ini.. Hingga suatu masa yang kekal. Bisa bersama-sama berbicara tentang syurga, dan bersaudara disana. Amiin. Seperti persahabatan-persahabatan lain yang semakin erat meski konflik itu selalu ada. Karena masalah itulah yang membuat kita dewasa asalkan kita mau membuka diri. Ingatkan kesalahanku. Begitu juga aku, akan selalu mengingatkanmu. Seperti persahabatan-persahabatan lainnya yang tetap saling membantu dan silaturrahmi meski jarak dan waktu sudah jauh memisahkan.
Jika kau bertanya, mengapa aku ? mengapa aku menyayangimu ? atau jika kau meminta, jauhlah dariku.
Jawabanku : Aku tidak tau mengapa orang itu harus kau. Begitulah, Tuhan mengirimmu ke dalam hidupku. Menjadi bagian penting dalam perjalananku. Namun ku selalu coba bertanya pada diriku : mengapa harus dirimu? Maka jawabanku adalah karena itulah yang terbaik. Ku yakin ku bisa belajar banyak darimu. Dan aku akan selalu bersedia untuk selalu memberikan banyak jika aku memiliki apa yang bisa ku beri. Jika kau ingin jauh dariku? Ku ingin meneriakkan : TIDAK, AKU BISA MATI. Tapi tidak. Aku akan berkata : aku menyayangimu saudaraku. Jika waktuku telah habis bersamamu, pergilah. Pesanku : tetaplah jadi saudaraku meskipun kita jauh. Doaku akan selalu untukmu, berharap suatu saat akan dipertemukan kembali denganmu dalam kisah terbaik, jika perpisahan itu benar-benar terjadi. Berharap aku bisa jadi seseorang yang berarti dan dapat berbagi manfaat denganmu, tidak seperti saat ini yang MUNGKIN seperti hanya keuntungan untukku seperti hanya manfaat untukku, tapi ternyata kau tidak merasakan manfaat apapun dari seseorang yang memanggilmu saudara, ini. Tidak ingin seburuk itu padamu, saudaraku.
Ikhlaskah aku jika “perpisahan” itu benar-benar terjadi?
Aku akan kuat. Kan ku pandangi :bahagiamu. Meski ada kesedihan dalam hatiku.
Kau mengenalku. Kau tau diriku. Kau tau kelemahanku. Kau tau keburukanku. Kau marah pada salahku. Karena itu aku mencintaimu, sobat, saudaraku. Selalu berharap, kita tetaplah saudara, sahabat, yang selalu bersama. Jangan ada kata-kata perpisahan, perpisahan dalam makna « itu ».